Aku benci jika hari seperti ini muncul. Hari di mana aku sangat merindukanmu. Dengan segala khayalan, dan "putaran film" saat kita berdua beberapa waktu lalu, yang terus-menerus "menari" dan "berdansa" di kepalaku.
Ditambah dengan rasa menggebu ingin memeluk tubuhmu yang juga memeluk tubuhku. Rasa yang kian memuncak, membara hingga membuat amarahku pun kembali berada di titik klimaksnya.
Kembali aku harus bersusah payah untuk menidurkan semua rasa yang tiba-tiba muncul, bagai maling yang memasuki rumah, yang jelas tanpa undangan, dan tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Mungkin selama ini aku terlihat seperti tak membutuhkanmu, tapi aku bertopeng. Mungkin selama ini aku terlihat kuat untuk memenuhi semua keinginanmu, dengan berusaha tak merengek padamu, biarkanmu mempunyai dunia sendiri, tapi itu semua karena aku gengsi. Dan karena ingin disebut sebagai bukan perempuan menye-menye.
Meskipun aku tahu, aku akan kembali berhasil memadamkan bara rinduku, hanyutkan amarah, walau tanpa aliran hujan.
Aku hanya bisa tuliskan dalamnya hatiku, yang sedang aku dengarkan dengan baik saat ini. Dan yang masih katakan bahwa aku merindumu.
imu, ilu, and want u...
Sabtu, Mei 23, 2009
Biru...
Pikiran seorang Rufina Anastasia Rosarini pada saat 03.12
Kategori tulisan: Surat Cinta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Karena terpaku pada bentuk, kamu tidak menyadari makna. Jika kau bijak, ambillah mutiara dari cangkangnya.
Terima kasih atas nasehatnya...
Posting Komentar