Kamis, April 30, 2009

Andaikan Aku...

Andaikan aku air yang dengan mudah bersesuai dengan tempatnya...

Andaikan aku air yang dapat seperti hujan menyejukkan bumi...

Andaikan aku air yang dapat memadamkan kobaran api yang mengamuk...

Andaikan aku air yang dapat menyembuhkan luka...

Andaikan aku air yang dapat menghanyutkan rasa perih...

Tapi aku bukan air...

Seperti yang kau harapkan...

Biarkan aku seperti ini...

Dengan hembusanku yang menari dan berdansa bebas...

Karena aku yakin kau tak akan bisa menyala jika tanpa aku...

Tanpa sang angin...

Rabu, April 29, 2009

Good Old Days...

Kemarin malam aku mengantar mama ke dokter, yang letak tempat praktiknya tidak jauh dari rumah.

Sepulang kami dari dokter, kami memutuskan untuk naik becak dari depan kompleks ("Ketauan deh rumahnya di Jakarta coret, hehehehe!").

Di perjalanan dari depan kompleks sampai depan rumah, aku sempat mengobrol dengan mama...

"Jadi inget dulu Mam, malem-malem pulang les naik becak!"

"Dah kayak orang gendeng. Pulang naik bis, kadang naik taksi. Apalagi kalo kamu pentas."

"Heheheheh, kalo sekarang males banget gue kayak gitu Ma!"

"Apalagi waktu papamu masih di Australi."

"Iya, kemana-mana lebih sendiri kita ya. Terus inget ngga Ma, kita malem-malem pulang dari pameran kerajinan itu, bertiga sama Si Kribo. Dah bawa bed cover dua biji pulakh. Kita kenapa waktu itu goblog ya, ngga naik taksi."

"Papamu di mana waktu itu ya?"

"Ya, masih di sana lah, kalo ada papa, ada yang nyetir, kamu belom nyusul ke OZ, Mam. Trus Si Jangkung 'kan dah kuliah di Bandung. Kribo belom bisa nyetir."

"Kalo diinget-inget sekarang ngga kebayang ya."

"Gue juga males deh. Gila ya dulu tiada hari kamu nganterin gue les."

"Ya, iya lah hampir tiap hari kamu les nyanyi gitu."

"Hehehehe!"

"Nyengir lagi kamu."

"Yang masukin gue les siapa? Hehehehehe!"

----

Thank you Mom, you're the best!!!!!

Manggil Apa Ya?

Ia dipanggil oleh seseorang, yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, adalah "Biru".

Ia dipanggil oleh seseorang lainnya, yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Perancis, adalah "Un Ours".

Ia dipanggil oleh banyak orang di kantornya, yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Jepang, adalah "サー".

Ia dipanggil oleh teman-temannya, yang menuakan dirinya, yang mempunyai arti dalam Bahasa Daerah suatu negara sama-sama artinya dengan "Bro".

Dan selanjutnya ia dipanggil oleh seseorang, dengan...

----

Adddaaa ddddeeee, biar orang itu aja ah yang tau.

Selasa, April 28, 2009

Si Abang...

Tiba-tiba teringat perbincanganku dengan kakakku yang ke dua beberapa waktu lalu...

"Eh, 'Cha asuransi gue, ahli warisnya atas nama elo ya."

"Premi lu berapa perbulan? Ngambil yang 500 rebu ya?"

"Kagak, yang sejeti."

"Asseeeekkk, berarti ntar kalo elo mati gue dapet 2 milyard lah ya."

"Sial."

"Hehehehe, tapi asuransi gue juga ada yang atas nama loe tuh. Gara-gara tadinya gue mau pakein atas nama si Cantik, tapi ngga boleh, harus yang sedarah. Trus gue bilang sama mbak-mbaknya, ya mbak kalo ngga boleh pake nama ponakan saya gimana ya. Diliat dari silsilah keluarga niy, normalnya saya mati paling akhir. Tapi tetep ngga boleh, jadinya gue pake nama loe deh."

"Sapa bilang paling kecil, pasti paling belakangan mati? Tuch si Tante adiknya Mama sama si Oom adiknya Papa, duluan meninggal."

"Khan gue bilang normalnya, tapi iya juga ya. Berarti ntar elo yang dapet warisan duluan ye? Ngga papalah, warisan gue ke elo lebih kecil dari pada warisan elo ke gue. Huahahhahah."

----

Hihihihi gebleg, sama-sama tinggal tunggu panggilan kita??!!

Senin, April 27, 2009

Unpretty...



I wish I could tie you up in my shoes
Make you feel unpretty too
I was told I was beautiful
But what does that mean to you
Look into the mirror who's inside there
The one with the long hair
Same old me again today (yeah)

My outsides look cool
My insides are blue
Everytime I think I'm through
It's because of you
I've tried different ways
But it's all the same
At the end of the day
I have myself to blame
I'm just trippin'

You can buy your hair if it won't grow
You can fix your nose if he says so
You can buy all the make-up that mac can make
But if you can't look inside you
Find out who am i, too
Be in a position to make me feel so damn unpretty

Find the reflection you see to be so damn unpretty

Never insecure until I met you
Now I'm in stupid
I used to be so cute to me
Just a little bit skinny
Why do I look to all these things
To keep you happy
Maybe get rid of you
And then I'll get back to me (hey)

My outsides look cool
My insides are blue
Everytime I think I'm through
It's because of you
I've tried different ways
But it's all the same
At the end of the day
I have myself to blame
I can't believe I'm trippin'

As I reflect back on what I've used and abused
And detect that I need some clues to get through
To those that accused me of never being true
I'll lose if I play into this game and never know the rules
So how do I bring out the me nobody sees
The forest for the trees, how about the woman behind the weave
The light from within this life is the only real remedy
Or find the reflection you see to be so damn unpretty

Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh (oh)
Find the reflection you see to be so damn unpretty
Oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh (oh)
Find the reflection you see to be so damn unpretty

----

Remember one thing, just be yourself, Gurls...

Sebenarnya...

Sumpah, sebenarnya aku merindumu...
Di tengah rasa yang sudah setengah mati aku bunuh...
Namun terus menerus kembali hidup...

Sumpah, sebenarnya aku terus menantimu...
Di tengah harap yang selalu aku nyalakan terus...
Pun di tengah badai yang menerpa...

Sumpah, sebenarnya aku pasrah setengah mati...
Di tengah bingung yang tak kunjung pasti...
Atau tak kuasa ku buat itu menjadi pasti...

Sumpah, aku hanya bisa buta-tulikan mata dan telingaku...
Atas kata mereka...
Untuk peduli hanya katamu saja, dulu...

Sumpah, sebenarnya aku mencintamu...
Di tengah amarah yang memuncak...
Antara teriakku yang tak lagi kau dengar...

Kesialan #2

Tak tahu mengapa akhirnya laki-laki berwajah bulat itu sudah berbincang-bincang di halaman rumah seseorang itu...
Seorang perempuan yang memang seharusnya ia ajak bicara...

Hanya ada senyuman yang selalu ditampilkan oleh laki-laki itu, tak ada kata...
Terhadap semua pertanyaan dari seseorang di hadapannya...

Perempuan itu tahu bahwa dirinya marah setengah mati...
Tapi ia pun tahu ia pasrah setengah mati...

Seseorang lain memanggilnya...
Memaksanya beranjak dari hadapan laki-laki itu...

Dan sekembalinya,...
Laki-laki itu tak lagi ada di sana...

Ia pun kembali berlari ke luar...
Mencoba menghentikan laju mobilnya...

Tapi kembali ia tak kuasa...
Dan membiarkannya hilang di hadapannya, untuk kesekiankalinya...

----

Mimpi apa ini???? Ini lanjutannya, mau kata udah kebangun terus tidur lagi, eh malah to be continued gitu ceritanya. Dan tetep ga tau juga siapa perempuan satu lagi itu. Hayoooo yang merasa coba ngaku, siapa luuu hehehhehehe?! Damn!!!

Minggu, April 26, 2009

Huuuuhhhh...Sial...

Laki-laki itu berada di dalam mobilnya bersama dengan seseorang yang duduk di samping kirinya...
Seorang perempuan yang bukan seharusnya berada di sampingnya...

Dari kejauhan seorang lain melihat mereka berdua...
Seorang perempuan yang seharusnya berada di samping laki-laki itu...

Ia berlari keluar, dan dilihatnya mobil itu berjalan menuju ke arahnya...
Hanya satu yang ada di pikirnya yaitu menghalangi jalannya...

Ia hanya bisa berdiri menatap...
Dengan harapan mereka akan berhenti...

Namun tidak...
Pikirnya adalah salah...

Mobil itu malahan bertambah kencang...
Seolah tak peduli perempuan itu berada di sana...

Antara hidup dan mati memang...
Refleks pun yang menentukan...

Akhirnya ia pun mengalah...
Menepi...

Membiarkan mereka berjalan...
Menghilang kembali...

----

Sial, ga keliatan pulakh mukanya siapa!!! Namanya juga mimpi. Weitz, sempet kebangun gara-gara mimpi buruk ini, tidur lagi malah ceritanya lanjutin yang ini. Tetep mukenya ga keliatan. Damn!

Sabtu, April 25, 2009

Happy Wedding...


Demi Tuhan dengan tulus hati aku daraskan doa untuk kebahagiaanmu setelah hari ini...

Demi Tuhan tak ada rasa lain selain bahagia saat aku melihat kamu bersanding dengannya hari ini...

Demi Tuhan tak ada yang lebih membuatku bahagia saat aku lihat senyum lebar di wajah ibumu yang tampak sehat dan tak tampak sama sekali tua, saat aku berbincang dengannya...

Demi Tuhan aku bangga dan bahagia karena aku memiliki kamu yang menjadi kebanggaan ibumu, dan telah berhasil membuatnya bahagia...

Demi Tuhan aku sangat tahu apa arti raut wajahmu saat akhirnya kamu menemukanku berdiri di antrian itu...

Demi Tuhan aku sedikit kecewa saat kamu katakan terima kasih ya mau datang, karena aku pasti datang hari ini...

Demi Tuhan dari lubuk hatiku paling dalam, terima kasih untuk semuanya, terima kasih atas segala cinta tanpa syarat yang sejak lama kamu ajarkan padaku, hingga aku pun kini dapat memahaminya, dan akan aku hadirkan pula untukmu...

Sekali lagi, kembali aku katakan dari hatiku paling dalam, selamat atas hari ini, semoga kamu dan dirinya selalu bahagia, dan selamat berjuang untuk apapun yang akan ada di jalan di hadapanmu kelak...

Apa yang disatukan Allah, janganlah diceraikan manusia...

Trik Jitu Pengusir "Roh Jahat" ...

Cara terbaik mengusir "roh-roh jahat" pengganggu kebahagiaan hidup, ala Ocha:

  1. Tarik napas dalam dan pelan-pelan...
  2. Repressing all and just kill it ("Damn, do I have to? With a consequence, you are becoming numb or totally numb), tapi kalo masih ingat juga (karena sebenarnya, perasaan itu tak mau dibunuh 'kan?) ya tinggal terima nasib...
  3. Writing my blog, seperti yang dikatakan seseorang padaku "Coba dech Cha, kamu itu biasanya kalo marah, ngapa-ngapain dulu baru nulis. Sekarang coba, kalo kamu marah, langsung nulis dech." (Untuk seseorang yang mengatakan itu padaku: "Kira-kira hasil 30 tulisan lebih dalam waktu kurang dari 1 bulan ini hasil aku marah bukan ya? ;p")...
  4. Duduk di depan piano (bisa berjam-jam), dan memainkan lagu-lagu klasik...
  5. Menambah kumpulan lagu melankolis nan sendu (sekalian)...
  6. Just follow your heart. Kalau mau nangis, ya nangis, kalau mau pergi, ya pergi, kalo mau marah ya marah ("Kalau mau gampar seseorang, baru mikir beribu-ribu kali")...
  7. Bermain bersama anjing-anjingku...
  8. Malam-malam, keluar ke halaman depan rumah, hanya untuk menatap langit (apalagi kalau lagi banyak bintang)...
  9. Singing, singing and singing any kind of songs...
  10. Mencari katarsis (pelampiasan), misalnya main tenis (dan bayangkan bolanya adalah hal atau orang yang membuatmu kesal, it works for me)...
  11. Browsing di internet, dari mencari hal yang bermutu sampai yang tidak bermutu sama sekali...
  12. Berenang...
  13. Belanja, tapi jangan lupakan urusan finansial...
  14. Kalau sudah tak tertahankan lagi, telepon seseorang, yang available 24 jam, curhat-lah sepuas-puasnya (Untuk seseorang temanku yang bertempat tinggal di Bali View: "Sorry nih, sepertinya elo bakal jadi korban pertama yang gue telepon kalo ada apa-apa, wakakakkakakak")...
  15. Berdoa, agar para "roh jahat" pengganggu kebahagiaan hidupku mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, sehingga mempunyai pekerjaan lebih bermutu dan tak mengganggu kebahagiaan hidupku lagi...

Jumat, April 24, 2009

Dengan Segala Kejujuranku...

Jujur saat dua mata ini melihatmu 7 tahun lalu, saat seorang teman mengenalkanku padamu, saat deru ombak dan desau angin laut menerpa, aku telah jatuh kagum padamu.

Jujur, kamu memang tak membawa apa-apa saat itu. Mungkin hanya senyum yang bisa meluluhlantakkan aku, dan membuat hati ini bicara, aku ingin mendekat padamu, tapi tak ada dayaku sama sekali untuk lakukan itu, saat itu.

Dengan sejujurnya aku katakan padamu bahwa aku bingung setengah mati, saat kau mengajakku bertemu setelah obrolan kita di Yahoo Messanger yang kamu lakukan saat siangmu sedikit lengang.

Jujur aku tak tahu mengapa aku menyetujui ajakan perjumpaan itu, dan setengah mati aku benci bertemu denganmu lagi, setelah bertahun-tahun aku kehilanganmu. Dan kembali aku seketika luluh lantak saat melihatmu. Tatap matamu tak mampu aku pandang dengan keduamataku, karena jujur aku takut kembali mengagumimu. Ternyata, memang aku jatuh kagum lagi padamu, bahkan lebih dari dulu.

Ajakan-ajakan itu pun terus kamu lontarkan ke aku. Dan tak tahu mengapa, terus aku setujui. Hampir selalu. Jujur susah banget aku tolak, secara kamu pun kalo lagi ada maunya tetep keukeuh harus terlaksana, dan lagi-lagi kata-kata indahmu di sms yang kamu kirim, membuatku berbunga-bunga.

Dan jujur, rasa itu pun akhirnya bertambah dahsyat, saat permintaan dalam hatiku yang tak aku ucapkan, untuk kamu mencium kepalaku saat kamu lewat belakangku, saat aku duduk di kursi itu, ternyata sampai juga ke kamu, dan kamu lakukan.

Tak berhenti sampai sana, kamu membuatku berbunga. Saat akhirnya aku beranikan diri menempelkan kepalaku ke pundakmu, sambil memegang lengan tanganmu. Jujur, sudah lama aku tak merasakan nyamannya berada di dekat seseorang. Dan aku benci mengapa rasa itu ada saat aku denganmu. Mengapa harus kamu?

Aku benci, aku harus jujur mengatakan ini padamu, bahwa aku sulit untuk tak mementahkan logika, saat ia mengatakan bahwa aku telah jatuh cinta pada orang yang salah, saat ia mengatakan bahwa aku tak boleh bersamamu, dengan alasan apapun. Namun jujur, aku lebih memilih untuk memenangkan hati dan membuang logikaku jauh-jauh. Dan menyambut tanganmu untuk menggandengku berjalan di terik dan tandusnya jalanan di hadapan kita. Yang hanya berbekal segelas mimpi yang tak tahu kapan akan habis.

Jujur, aku menyesal mengapa tak jatuh cinta padamu sejak awal.

Dari aku,

Yang mengatakan ini dengan segala jujurku.

Kamis, April 23, 2009

Suara Hati Siapa Ya? Kekasihnya Siapa Ya?



Hanya namamu di hatiku
jiwa dan raga takkan berdusta
namun terkadang
cinta terusik benci sesaat...

Seribu musim takkan bisa
menghibur hati yang penuh marah
entah mengapa
berpisah saat mulai menjalin...

Suara hati seorang kekasih
bagai nyanyian surgawi
takkan berdusta
walau ketamakan merajai...

Diri yang penuh emosi
jauh di dasar hatiku
tetap ku mau
kau sebagai kasihku...

*Suara Hati Seorang Kekasih, diambil dari Ada Apa Dengan Cinta*

----

Deep inside my heart,...

Status...

Statusku di Facebook beberapa hari ini, tak lagi terlalu sering mengiklankan tulisan-tulisanku di Introverto ini, melainkan seperti di bawah ini:

"Mengapa dunia selalu memintaku mati rasa?"

dan

"Rufina Anastasia Rosarini is repressing and totally becoming numb, just like they asked me to."

Beberapa orang temanku sontak melontarkan komentar-komentar sentilan seperti biasanya. Ada yang menyukainya, ada pula yang seperti biasa dengan gaya mereka bicara, aku tahu bahwa mereka sedang memancingku untuk cur-col, yang pada akhirnya bisa memancing "keributan".

"Biasalah kerjaannya anak-anak psikologi, kalo ngga probing, dan mancing-mancing apalagi? Lah wong emang dididik untuk bisa kayak gitu bouw."

Ya, that's me now...become totally numb. Mati rasa sejadi-jadinya untuk semua hal.

Memang akhir-akhir ini terlalu banyak Dementor di dalam hidupku. Terlalu banyak hal yang merusak kebahagian hidupku. Namun, ya begitulah, akhirnya aku hanya bisa melakukan sebuah "pemakaman", terhadap semua rasa yang aku alami ("Tapi bukan berarti lenteranya mati ya?!").

So I am repressing and becoming totally numb, really just like they asked me to. Just don't care!!!

Terima kasih looo, untuk para Dementorku, terima kasih sudah berhasil membuatku mati rasa.

Damn!!!

Aku dan Dua Orang Itu...

Beberapa hari lalu, aku tahu aku telah berhasil menyentil, menjatuhkan bahkan mungkin menginjak-injak ego seseorang, tepatnya 2 orang. Dua-duanya aku lakukan melalui pengiriman surat elektronik.

Menurutku, hanya orang-orang super yang bisa menangani dan berhadapan dengan tipe orang seperti mereka ini. Dari segala jenis manusia yang pernah aku temui, merekalah yang berada di urutan paling atas dari daftar orang yang paling menyebalkan, sadis, tidak pernah mau mengalah, super duper jumbo egois tak terbantahkan, di mana semua orang harus melayani, harus mengerti dan harus memerhatikan mereka; tapi sekaligus mereka mempunyai otak paling cemerlang, sangat pandai berkata-kata dan meyakinkan orang lain, pun berakal banyak. Dua sisi yang sangat kontradiktif memang, dan sama-sama dapat membuat orang lain tercengang sejadi-jadinya. Dan bagiku, syarat orang-orang yang (tak tahu beruntung atau malapetaka) dapat menjadi temanku atau setidaknya aku bisa nyambung dengan mereka adalah orang-orang dengan kriteria sisi positif yang dimiliki oleh dua manusia ini.

Selain sisi positif maupun negatif yang telah aku sebutkan di atas, dua orang ini tidak pernah ada "filter" saat ingin mengungkapkan rasa melalui perkataan ataupun bertindak. Lebih sering tidak memerhatikan perasaan si interlocutor (lawan bicara), jadi hampir bisa dipastikan, bahwa apa yang dikatakan oleh mereka adalah hal yang sesungguhnya, seada-adanya, sebenar-benarnya. Dan ini sangat berguna saat aku ingin belajar sesuatu dari mereka. Dahsyat hasilnya, karena bagiku jika ingin maju, ya memang harus ditempa oleh orang-orang super menyebalkan seperti mereka ini. Istilahnya mereka ini adalah kawah candra dimuka.

Namun di lain pihak, ya begitulah, berhadapan dengan mereka, aku lebih sering menarik napas dalam-dalam dan membiarkan apa yang mereka ingin lakukan. Tak ada dayaku untuk menolak, adu argumentasi dengan mereka, apalagi marah terhadap mereka, jika aku sudah marah pada mereka ini, itu berarti kesabaranku sudah benar-benar habis. Tentu aku sudah memikirkan beribu-ribu kali apa akibatnya, jika aku melakukan hal itu. Terus terang, tidak akan berpengaruh apapun sebenarnya, malahan akan tambah membuat mereka makin menjadi.

Kebetulan aku kenal dua manusia ini hampir bersamaan. Bedanya, satu di antara mereka, dari waktu pertama kali kenal, aku sangat sering berinteraksi dengannya, jadi kami sangat memahami keinginan satu sama lain, bahkan tanpa perlu kami berdua memberitahukan keinginan kami masing-masing ini, kami sudah saling tahu, walaupun ya begitu, jika ego masing-masing sudah dibatas ambang kesabaran, kami juga sering meledak satu sama lain. Dan orang yang satunya lagi, malahan tidak bertemu bertahun-tahun dan baru bertemu lagi beberapa bulan lalu.

Kejadian beberapa hari lalu itu, aku rasa telah mengecewakan, atau mungkin membuat mereka marah, karena ego mereka terluka. Kembali aku sebutkan, karena EGO mereka terluka.

Yang jelas, setidaknya rasa penasaranku terhadap satu orang sudah sedikit terjawab. Memang ia sedih saat aku memberitahukan sesuatu padanya ketika acara itu sudah berlalu. Lalu aku katakan padanya, memang pada akhirnya aku tak memberitahukan acara itu pada siapa pun, sekali lagi tak seorang pun, dengan beberapa alasan. Sepertinya alasan itu cukup masuk akal, malahan ia yang meminta maaf, karena ia langsung menilaiku, tanpa melihat alasanku terlebih dahulu.

Dan untuk orang yang kedua, ia tak memberikan balasan apapun atas kiriman surat elektronikku, yang isinya tentu berbeda dengan apa yang aku kirimkan pada seseorang yang aku maksud sebelumnya. Seperti biasa. Sudah terlalu biasa. Dan aku tahu persis ia akan seperti apa setelah ia membaca semua tulisan yang aku tulis di surat elektronik itu. Kali ini, setidaknya aku yang memintanya untuk mengerti, walau rasanya tetap tak mungkin ia akan memenuhi permintaanku. I really know that person's quality.

Sekali lagi berurusan dengan mereka ini diperlukan persiapan tertentu. Antara lain, bersedia menjadi masokis sejati, harus dan wajib tidak boleh terlalu mudah sensitif atau sakit hati, harus menjadi pendengar yang baik, harus selalu bisa mengalah, harus selalu bisa mengerti bahkan menyetujui semua apa yang diinginkan, usahakan jangan pernah sedikit pun menyentuh ego mereka, jangan pernah membantah atau melawan saat mereka sedang marah, biarkan semua apapun yang ingin mereka lakukan, jangan pernah melarang ataupun mengharuskan apapun kepada mereka; karena mereka ini orang-orang yang sangat pandai dan logis jadi jangan pernah sekali pun memberikan alasan yang tidak masuk akal pada mereka, harus cari cara dan waktu yang sangat tepat jika ingin membenarkan kesalahan mereka atau memberi kritikan, dan ingat selalu bahwa orang sabar pasti disayang Tuhan (walaupun pada akhirnya aku membenarkan ucapan salah satu dari mereka ini, "Orang sabar pasti kesel"). Namun jika waktu dan caranya tepat untuk mengatakan pada mereka, apa yang kamu pikirkan, jangan ragu untuk mengatakan sejujur-jujurnya, seada-adanya, karena mereka akan lebih suka demikian, dan jangan terlalu mendiamkan mereka, saat kamu membiarkan mereka melakukan apapun yang mereka inginkan, walaupun kamu dirundung rasa kesal pada mereka, sesekalilah sempatkan diri menyapanya, mereka tetap perlu itu ("Bingung gak? Atau Anda terlalu gengsi? Huahahahaha, selamat kalau begitu! Selamat tinggal maksudnya kalau bingung dan gengsi! Wakakakak")

Dua manusia ini jika dilihat dari elemen dasar sifat mereka adalah api. Dan aku elemen dasarnya adalah udara. Bagaimana jika udara dan api bertemu? Ada dua hal dan sangat tergantung kondisi si udara/angin. Apabila si angin sedang berhembus sepoi-sepoi menyejukkan si api pun tidak akan membara lebih besar lagi, bahkan bisa mematikan, ingat saja teori tiup lilin saat kita ingin memadamkan nyala lilin yang kita nyalakan jika lampu mati. Namun, jika si angin sedang berhembus kencang, dan bertemu api, mareeee semakin menjadi, ingat teori saat terjadi kebakaran 'kan? Sering kali lebih banyak rumah atau lahan yang habis terbakar karena angin semakin mengobarkan api yang dapat merambat kemana-mana.

"Dan maaf nih, waktu itu anginnya lagi angin puting beliung bouw..."

Oh ya, satu lagi just give me a thousand of Sabtu Pahing's persons, I can handle them all, since a lot of my friends and my relatives were born on this Weton (*hari lahir berdasarkan penanggalan Jawa*).

Damn!!!

Rabu, April 22, 2009

Penanganan Luka/Kecelakaan Pada Anjing...

Kecelakaan/luka ringan memang dapat ditangani di rumah, namun tetap harus diwaspadai. Luka ringan/minor yang terlihat dari luar, bisa jadi merupakan tanda-tanda dari luka dalam dan dapat menyebabkan terjadinya shock yang dapat mengancam nyawa anjing. Periksa apakah ada tanda-tanda terjadinya shock, seperti gusi yang berwarna pucat atau putih, jantung yang berdetak cepat dan terjadinya sesak napas. Anjing yang terkena shock dapat menjadi tidaksadarkan diri.

MENJILAT YANG BERLEBIHAN

Anjing biasanya akan menjilati bagian tubuhnya yang luka, dalam rangka pengobatan diri. Beberapa anjing, menjilat bagian tubuhnya secara berlebih, yang malahan akan kontraproduktif dengan fungsi sebenarnya sebagai pengobatan diri mereka sendiri secara natural. Ada juga yang menjilati tubuhnya tanpa alasan tertentu. Kondisi psikologis seperti ini disebut dengan lick dermatitis, yang biasa terjadi pada anjing Dobermann dan Labrador. Apabila anjing milik kamu menjilati bagian tubuhnya secara berlebih, periksalah, dan jika perlu bawa ke dokter hewan langgananmu.

GIGITAN ANJING LAIN (AKIBAT BERKELAHI)

Meskipun anjingmu sudah sangat terlatih, terkadang mereka juga terlibat dalam perkelahian dengan anjing lain. Bagian tubuh yang biasanya terluka saat mereka terlibat perkelahian adalah sekitar leher, wajah, telinga, dan dada.

Taring/gigi anjing dapat menyebabkan luka yang dalam, dan merobek/rusaknya jaringan halus di bawah kulit. Apabila anjingmu mendapati luka yang dalam akiibat gigitan anjing lain, bersihkan luka tersebut, dan bawa ke dokter hewan untuk pemberian antibiotik.

Apabila anjingmu terlibat dalam perkelahian, tunggu sampai mereka tenang, periksa dengan teliti seluruh tubuhnya, dan lakukan langkah-langkah berikut ini:

1. Periksalah apakah ada bagian tubuh yang terluka, baik luka ringan atau luka yang dalam (hingga bolong). Apabila kamu dapat melihat luka yang dalam akibat tusukan (taring), gunting bulu/rambut anjing di sekitar area yang terluka.

2. Sekalah luka tersebut dengan air hangat dan cairan anti bakteri yang lembut, dan pastikan tidak ada bulu-bulu yang menempel pada luka.

3. Dan berilah salep antiseptik pada area yang terluka.

GIGITAN SERANGGA

Sengatan lebah/tawon dan serangga lainnya dapat menyebabkan sakit dan bengkak. Lebah biasanya meninggalkan sengatnya pada kulit. Untuk melihat apakah ada sengat lebah yang menempel pada kulit, gunakan kaca pembesar. Namun jika sengat tersebut terlihat, angkatlah dengan pinset.

Pada beberapa anjing, dapat mengalami alergi terhadap sengatan lebah ini dan dapat menyebabkan shock, yang disebut dengan anaphylactic shock (Type I Hypersensitivity Alergic pada manusia dan mamalia), yang dapat menyebabkan kematian, karena menyebabkan tersumbatnya/mengecilnya saluran pernapasan dalam tubuh anjing. Salah satu gejala terjadinya hal ini adalah anjing menjadi sulit bernapas.

Pertolongan pertama pada shock ini adalah dengan pemberian injeksi adrenalin (epinephrine) yang dapat menghentikan shock ini. Pastikan jangan halangi jalannya udara di sekitar anjingmu, dan segeralah bawa ke dokter hewan terdekat.

*Dapat dicari dengan kata kunci anaphylactic shock (hampir semua penyakit yang terjadi pada anjing, sama dengan penyakit yang diderita manusia, termasuk gejala, penanganan, bahkan obat-obatannya, walaupun memang ada juga obat-obatan yang khusus untuk anjing).

GIGITAN ULAR

Ular lebih sering menggigit anjing daripada manusia sendiri. Tanda-tanda keracunan dari gigitan ular adalah menggigil, excitement, muntah, pingsan, mengeluarkan air liur yang berlebihan, pupil yang membengkak. Apabila anjingmu tergigit ular, berikan kompresan air dingin yang diikat dengan pembalut luka, pada bagian yang tergigit dan segeralah bawa anjingmu ke dokter hewan terdekat.

Kira-kira itulah isi dari edisi Informasi (Hewan) kali ini, semoga membantu. Dan salam untuk hewan peliharaanmu.

(diambil dari beberapa sumber, termasuk buku What's Up With My Dog, oleh Dr. Bruce Fogle)

Selasa, April 21, 2009

Untuk Kamu..Iya Untuk Kamu...

Hai, apa kabar? Kamu pasti kaget, kenapa tiba-tiba aku kirimin kamu ini. Terus terang tiba-tiba aku keinget ini semua, dan semua kejadian yang pernah kita alami muncul di otakku.

Lucu aja kalo inget gimana pertama kalinya kamu nawarin untuk genggam tanganku, waktu kamu tau aku lagi kedinginan karena AC. Dan tawaran itu aku terima dengan rasa deg-deg-an gak karuan.

Banyak banget ya cerita yang kita alami. Lucu, sedih, norakh, rame, segala macem deh. Apalagi waktu itu, waktu di rumah kamu, saat kamu cium aku di depan temen-temen kita. Mereka sok gak liat lagi. Sumpah lucu banget, norakh tepatnya, kita berdua bener-bener gak peduli sama mereka, atau emang goblog nganggep mereka gak liat kita, hahahahaha.

Aku kangen saat kita berdua gak bareng-bareng. Saat kamu sibuk dengan segala urusanmu itu. Saat aku juga akhirnya terpaksa sibuk sendiri. Saat berhari-hari kamu gak ada berita ke aku. Marah siy marah, tapi kenapa aku gak pernah bisa benci kamu ya? Huh, nyebelin. Walaupun ada saat-saatnya kita sering banget bareng, tapi ya itu, kalo kamu lagi kumatnya, tau-tau pergi aja suka-suka, dan balik suka-suka.

Bingung, sumpah aku bingung banget, aku ini pacar kamu bukan ya? Dengan perlakuan kamu ke aku seperti itu, tapi aku tetap bukan siapa-siapa kamu. Sedikit protes, tapi tetap kamu gak peduli. Ternyata dari ketidakpedulian kamu itu, kamu mikirin hal yang juga aku pikirin. Kalau kamu sayang aku, bahkan kamu bilang you love me. Sumpah, aku seneng gak karuan. Tapi kok tetep ya kamu gak minta aku jadi pacar kamu.

Aku cuma bisa nunggu waktu itu. Kesel, tapi mau gimana lagi. Aku bener-bener cuma nunggu. Dan ternyata penantianku gak sia-sia, akhirnya kamu bilang lagi kamu bener-bener sayang aku, you love me dan minta aku jadi pacar kamu. Seneng, seneng sumpah seneng, dan gak tau mesti bilang apa. Eh, inget deh waktu itu aku bilang apa, "Ntar elo ninggal-ninggal gue terus, gak pernah ada waktu untuk gue."

Terus inget gak waktu itu kamu jawab apa? "Gak, aku bakal sempetin ngasih waktu buat kamu kok."

Dan akhirnya aku mengiyakan ajakan kamu, untuk jadi pacar kamu. Jadi seseorang yang spesial buat kamu. Itu kado akhir tahun terindah buat aku. Kamu udah nutup tahun itu dengan sempurna untuk aku. Ma kasih ya.

Iiiihhh jadi merinding, kalo inget ciuman kamu waktu itu.

Dari aku,

Yang lagi ketawa-tawa karena inget ini semua...

Senin, April 20, 2009

Cinta (Mati) (Mereka)?...



Mereka hanya bisa menanti seseorang...
Satu orang yang sama...
Mungkin...

Kembali mereka menunggu...
Saat segala mungkin bisa saja terjadi...
Dengan bungkus sejuta harap...

Dua perempuan dengan sejuta kebodohan...
Bertopeng sejuta cinta...
Pun sejuta setia...

Dua perempuan yang terbius peri cinta...
Yang tak berparas rupawan...
Tak juga tawarkan apa-apa...

Terbutakan kekaguman...
Atas kata...
Yang kembali mengatasnamakan cinta...

Cinta yang selalu menghidupkan mereka...
Cinta mati akan seseorang...
Yang mungkin sesungguhnya sudah mati untuk mereka...

Minggu, April 19, 2009

Hanya Bisa Tertawa...

Awal perkenalan mereka dimulai saat mereka berada di kelas yang sama, waktu dulu masih kuliah.

Namun penuh sesaknya kelas dengan mahasiswa di kelas itu, menyebabkan mereka lebih sering memilih berada di kantin kampus saat kuliah berlangsung, daripada berada di dalam kelas yang terasa panas, walaupun dengan hembusan penyejuk udara. Perbincangan mereka hanya sebatas pada saat itu. Hanya saat mata kuliah itu. Selebihnya mereka hanya saling menegur sapa, jika berpapasan di luar kelas.

Mata kuliah itu pun berhasil mereka selesaikan, dan lulus, dan mereka pun berpisah.

Hingga akhirnya beberapa semester kemudian, mereka kembali bertemu. Kembali berada di kelas yang sama, bahkan kali ini mereka tergabung dalam sebuah kelompok yang sama untuk pengerjaan tugas-tugas mata kuliah tersebut, untuk satu semester. Banyak cerita yang terbagi di antara mereka, dari cerita kuliah sampai urusan di luar kuliah.

Sama seperti kelas yang dulu, setelah mereka lulus, mereka kembali jarang berinteraksi. Ditambah dengan semakin sedikitnya kuliah yang mereka ambil, mereka menjadi semakin jarang bertemu di kampus. Paling sesekali saat mereka kebetulan di kampus dan bertemu di ruang senat, mereka baru saling menyempatkan diri mengobrol.

Tak tahu mengapa mereka berdua semakin dekat dengan sendirinya. Perbincangan demi perbincangan pun akhirnya mereka lakukan, walau saat-saat itu lebih sering dilakukan di dunia maya. Melalui salah satu media jejaring sosial dan ruang mengobrol di salah satu situs ternama.

Beberapa waktu tak bertemu, akhirnya mereka beberapa kali bertemu secara fisik, saat Lintang meminta tolong Rianna dalam pengerjaan tugas akhirnya. Hanya beberapa kali. Dan mereka kemudian kembali berpisah. Dan bertemu lagi di dunia maya.

Tak tahu mengapa tiba-tiba Lintang bertanya pada temannya itu, saat mereka mengobrol...

"Ri, elo masih ngga siy sama pacar loe?"

"Kenapa emang? Ya bukan berarti kita berdua jarang banget bertemu terus bubar Tang. Kok elo bisa nanya gitu ama gue?"

"Ga, gue curiga aja ada yang ga beres sama elo. Elo gitu Ri, super ambisius, dan sekarang elo santai abis gitu kuliah."

"Ga ada apa-apa kok, lagi pula gue juga udah ga ada kuliah gitu, ngapain juga ngampus."

"Iye, tapi khan elo belom lulus juga."

"Yah, ntar khan juga lulus."

Dan beberapa bulan kemudian, ada sesuatu hal yang harus dilakukan oleh Riri. Mencari seseorang untuk...

"Tang, iya, gue dah ga sama pacar gue."

"Tuh 'kan, ga mungkin elo sesantai ini kalo ga ada apa-apa."

"Sotoy loe, Nyet!"

"Tapi bener 'kan perasaan gue!"

Tak tahu mengapa Riri akhirnya memutuskan untuk menceritakan hal itu pada Lintang. Semua karena intuisi Riri yang mengatakan demikian. Lintanglah yang bisa ia percaya untuk menumpahkan isi rasanya, yang tak lagi tahan ia simpan sendiri.

Hari pun berlalu setelah perbincangan mereka berdua. Lintang sudah berhasil menyelesaikan kuliahnya tak lama dari perbincangan mereka di telepon saat itu, sedangkan Riri masih berstatus mahasiswa.

Kembali mereka menghilang dari kehidupan nyata. Sama-sama hanya bertemu dalam kecanggihan dunia maya. Dan saat mereka mengobrol di sana...

"Ri, kenapa shout out loe gitu ya?"

"Yang mana?"

"Status loe yang sekarang?! Lagi kangen sama sapa loe?"

"Mau tau aja loe!"

"Elo dah punya pacar baru ya?"

"Belom. Tapi gitu lah. Ga tau gue. Bingung."

"Haaa...elo lagi deket sama seseorang 'kan?"

"Kucing loe emang. Ntar lah gue ceritain!"

Dan dalam perbincangan selanjutnya...

"Woi Ri, pasti dah punya pacar 'kan loe?"

"Kesel deh gue sama elo. Tanya kayak teror!"

"Dah ngaku aja, Nyet!"

"Iya. Gue akhirnya mengiyakan ajakan untuk jadi pacarnya."

"Siapa siy."

"Ada deh. Susah jelasinnya, panjang. Percuma loe kagak kenal juga."

"Dapet di mana, cepet amat?"

"Stok lama lah, alias temen lama gue. Hahahaha."

"Tapi sama 'kan?"

"Hmmm, sama-sama kesepian sepertinya, lagi sama-sama nenggak obat."

"Terus sama ga?"

"Dibilangin iya itu sama-sama gilanya juga."

"Agama sama ga?"

"Sama-sama 1 Tuhan kok."

"Haaallaaagghhh, ya udah gue cuman bisa bilang, loe dulu dah pernah kayak gitu. Tau sakitnya kayak apa, tau resikonya pulakh."

"Iya Tang, gue tau, tapi gimana dounks, otak sama hati ga bisa sinkron."

Setelah perbincangan itu, mereka malahan tak lagi sering bertukar cerita. Keduanya sudah disibukkan dengan kegiatan masing-masing.

Namun tak tahu mengapa di tengah-tengah kesibukan Riri menyelesaikan tugas akhirnya, ia sempatkan diri melihat profil temannya yang satu itu, di situs jejaring sosial yang sangat ternama saat ini.

"Hmmm, dah punya pacar niy bocah."

Heran mengapa pikiran itu tiba-tiba muncul di pikiran Riri. Padahal di dalam profil Lintang, tak tertera sedikit pun informasi atau gambar yang menunjukkan Lintang sudah mempunyai pacar.

Kembali intuisi itu bicara. Dan kemudian Riri pun meninggalkan pesan di profil temannya itu...

"Tang, Tang, Tang...pa kabar loe? Dah punya pacar ya? Cerita dong!"

Tak ada balasan selama berhari-hari dari Lintang. Dan ternyata kegiatan mereka semakin membuat mereka berdua hilang ditelan bumi.

Sampai hari itu, saat Riri sedang berlari terburu-buru, terdengar suara Lintang dari dalam senat, yang saat itu dilalui Riri...

"Ri..."

"Bentar, gue buru-buru, ntar gue ke situ, jangan kabur dulu loe."

Beberapa jam kemudian, Riri pun menghampiri Lintang di depan senat.

"Aku merindumu. Pa kabar?"

"Dari mana siy loe? Skripsi dah beres 'kan?"

"Udah, sidang dong gue bulan ini. Gue abis nyerahin syarat-syarat ijazah itu, Nyet."

"Terus pacar pa kabar?"

"Baik, kemaren baru ketemuan."

"Cie. Ntar sidang ditungguin dong."

"Ngapain? Kagak usah, malah bikin gue stress. Lagi pula ga mungkin juga kale. Sibuk. Terus pacar loe? Kok elo ga jawab pertanyaan gue sih?"

"Engg.."

Riri tahu persis Lintang tak pernah bisa berbohong. Ia akan memilih diam, daripada berbohong.

"Sini-sini Ri. Duduk."

Dan mereka berdua pun duduk berhadapan. Di kursi panjang itu.

"Iya, gue dah punya pacar juga."

"Huaaa, bener juga 'kan gue? Anak mana?"

"Dulu anak sini."

"Ooooo."

Dan mereka pun melanjutkan perbincangan mereka selama lebih dari satu jam. Dari perbincangan mereka berdua, timbullah sebuah pertanyaan di benak Riri...

"Eh, terus sama?"

"Sama apanya?"

"Sama-sama ke Masjid?"

"Sama-sama 1 Tuhan"

"Huaaaahhahahahahaha. Welcome to the club. Loe 'kan dah dapet contoh dari gue. Kurang apa coba?"

"Ketawa aja lah gue."

"Ya udah, sama-sama ketawa aja kita yak."

----

Dua perempuan dalam balutan persahabatan, yang dihiasi intuisi canggih, yang mampu membuat mereka mendapatkan jawaban atas rasa penasaran.

Dua perempuan yang sama-sama merelakan diri dalam rasa sakit.

Dua perempuan yang lebih mementingkan hati daripada logika.

Dua perempuan yang tertawa dalam perihnya sakit kelak, yang akan ditentukan oleh detik jam.

This Is My Day...



Setelah 4.5 tahun, akhirnya sampai juga pada hari di mana saya laik mengenakan pakaian seperti ini, lagi. Toga.

Akhirnya tak ada penyesalan sama sekali, saya kembali ke bangku kuliah, tak ada penyesalan sama sekali, walaupun saya sedikit terlambat menyelesaikan skripsi yang sempat tertunda. Semuanya sudah resmi selesai, pada tanggal 18 April 2009.

Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih pada seluruh jajaran dosen Fakultas Psikologi, UNIKA Atma Jaya, Jakarta, baik yang pernah ataupun yang tidak pernah mengajar saya, dan terutama pembimbing skripsi saya. Terima kasih karena telah menjadikan saya lebih mencintai keheningan malam, dan terlatih untuk tidak tidur, yang disempurnakan dengan lebih dari 24 jam terakhir sebelum 2 Februari 2009, 2 kali mendengar adzan subuh, tapi tetap tidak sempat tidur ("Insomnianya lanjut sampe sekarang niy Mas, Mbak! Hahahhaaha!").

Terima kasih pula, untuk seluruh jajaran staff Sekretariat FP, UNIKA Atma Jaya, yang mau membantu dalam penyelesaian urusan paper works selama kuliah. Dan telah membuat saya sering berlari ke Gedung C Lt.4, karena takut terlambat mengumpulkan tugas ataupun ujian take home dan syarat-syarat kuliah lainnya ("Terlambat ngumpulin, bisa ngga lulus tuh! Sadis! Tanpa kompromi!").

Tanpa mbak-mbak dan mas-mas semua, saya tak pernah bisa sampai ke JHCC kemarin ("FYI, hampir seluruh dosen di FP, Atma Jaya dipanggil dengan sebutan Mas dan Mbak looo, enak 'kan, jadi berasa tambah deket").

Terima kasih pula untuk seluruh anggota keluarga saya, Mama, Papa, kedua kakak saya, dan kakak ipar saya, keponakan tercinta, semua tante dan oom yang sudah membantu apapun selama saya kuliah.

Big thanks untuk My Partners In Crime, dan Cinta Tanpa Syarat saya. Dan satu orang yang mempunyai arti khusus untuk saya, yang mau meluangkan waktu seharian untuk mementori saya, membuat skripsi saya akhirnya berhasil terselesaikan dengan baik dengan hasil yang sangat memuaskan, dan tidak tertunda lagi. "Thank you, Hon, thank you, My Love!" ("Sorry niy, tak bisa menyebutkan nama aseli mereka, nanti ada yang sensi? Repot jadinya!").

Untuk teman-teman seperjuangan di Fakultas Psikologi, UNIKA Atma Jaya, baik yang sudah lulus maupun yang masih berjuang, terima kasih sekali lagi untuk masa-masa indah selama kita kuliah. Terutama masa-masa kita harus menyelesaikan setumpuk tugas kuliah "keparat" itu. Masih ingat Psikometri, Psikometri, Psikometri, Kon-Tes, Kon-Tes, dan Kon-Tes 'kan? ("Weitz buat si Mas Dosen Psikomet dan Kon-Tes ini sorry ya Mas, sidang skripsi masih lebih mendingan daripada Ujian Kompre Kon-Tes, walaupun sama-sama bikin orang ngga tidur waktu nyelesaiinnya, hahahahaha!").

Untuk dua orang dosen saya, yang masing-masing mengajar Mata Kuliah Konstruksi Tes Psikologi dan Mata Kuliah Metode Kualitatif, yang telah memberikan kesempatan pada saya, menjadikan saya asisten dosen, saya juga ucapkan terima kasih. Pengalaman berharga, termasuk ikut merasakan deg-deg-an dan repot saat melihat ada mahasiswa yang nyaris tidak lulus ("Loh 'Cha, katanya ngga suka Kon-Tes, kok jadi asdos Kon-Tes? Wakakakakak!").

Untuk 7 ekor my beloved "kiddos" dan Bozo, yang tahun 2007 lalu meninggal, terima kasih juga ya, yang selalu membuat saya bisa tertawa di antara tumpukan tugas, dan selalu "mengingatkan" saya untuk pulang ke rumah, menjadi tidak betah hidup nomaden, yang terpaksa dilakukan karena sibuk mengerjakan tugas-tugas kelompok kuliah tiada henti.

Dan untuk semuanya, terima kasih sekali lagi, love you all!

----

Tips untuk dapat survive selama wisuda berlangsung (terutama untuk mahasiswa UNIKA Atma Jaya, Jakarta): bawa tas kecil (yang bisa diselipkan di dalam toga) berisi ponsel, kamera digital, cemilan, permen, komik, dan jangan lupa untuk ke kamar mandi sebelum masuk. Ya, walau tak diperkenankan makan dan minum di dalam JHCC, tetapi apa boleh buat, laper euy! Asal jangan sampai ketahuan yak, hehehehe.

Untuk panitia wisuda, maap niy mengajarkan sesuatu yang buruk untuk pihak panitia tapi tidak untuk kami, hehehehe. Pilih mana, kami pingsan atau membiarkan perut terisi makanan? Ga dua-duanya ya? Wakakakakak!

Sabtu, April 18, 2009

Pemakaman?...



Lentera itu masih menyala...
Redup...
Dengan setetes minyak yang tak bertambah...
Tak kutambahkan dan aku biarkan...

Tinggal aku harap ia tak akan mati...
Atau aku matikan...
Tinggal detik jam tentukan...
Vonis matinya...

Pun ia mengajarku untuk membunuhnya...
Dengan cepat...
Tapi tak ada daya dan ingin...
Kutusukkan pisau ke diriku dan dirinya...

Hingga kubiarkan saja...
Tak ada acuh...
Tak ada lepas...
Datar...

Terdiam...
Tak bersuara...
Hilang ditelan bumi...
Lenyap...

Semoga...
Sementara...
Hanya harapku...
Tak pasti...

Mengapa dunia pada akhirnya selalu memintaku untuk mati rasa...

Jumat, April 17, 2009

Andaikan Ada...



Mengutip perbincangan antara Rufina dengan salah satu mentornya, saat Sang Mentor sedang memberikan salah satu contoh perbincangannya dengan orang lain...

"Emang siapa loe? Anak Dewa?! Bisa seenak jidat?"

Andaikan ada dayaku untuk mengatakan itu, dan rasa ini tak terlanjur...

----

"By the way, walaupun ini pakai namaku, dan ada kejadian yang mirip dengan kejadian aseli di jurnal hidupku, bukan berarti ini tentang aku loh."

"Percaya ga? Ga ya? Hahahahaha! Terserah deh."

Maaf...

Terinspirasi oleh salah satu profil temanku di situs jejaring Facebook yang mengubah pengaturan profilnya, maka aku pun merasakan hal itu sebagai suatu ide yang bagus. Tentu pengaturan itu aku sesuaikan dengan kebutuhanku, termasuk urusan privasi pribadiku. Sebenarnya hal ini sudah aku pikirkan lama, sebelum aku lakukan beberapa hari lalu.

Dengan bertambahnya jumlah teman yang terdaftar dalam daftar teman di profilku itu, dan juga atas pertimbangan bahwa sepertinya aku sudah terlalu jauh melangkah, membiarkan banyak manusia di luar sana mengetahui keberadaan dan duniaku, maka mulai dua hari lalu aku memutuskan untuk kembali mengadakan pemeriksaan dan pengaturan ulang untuk semua profilku yang bertebaran di dunia maya.

Dimulai dengan profil Facebook. Situs yang aku jajaki sejak September 2007 ini memang membuatku memiliki banyak cerita.

Mengutip omongan temannya temanku, bahwa situs ini akan mempertemukan kembali mereka yang sudah bertahun-tahun tak ketahuan rimbanya, termasuk teman lama dan mantan-(mantan) pacar. Dan aku tambahkan, bisa mempertemukanmu dengan teman lamamu yang bisa dijadikan pacar. Semuanya itu benar. Facebook membuatmu berbunga, membuatmu menangis, membuatmu bisa mengais-ngais aspal ("Semuanya sudah pernah aku rasakan. Trust me!").

Dari segala rasa yang pernah aku alami, maka beberapa bulan lalu, aku mengadakan sedikit perubahan terhadap profilku ini, yaitu dengan memasukkan beberapa nama temanku ke dalam daftar orang-orang yang aku tidak ingin tahu informasi terbaru tentang mereka. Biarlah mereka hanya ada di daftarku, namun aku tak perlu mengetahui apa yang terbaru tentang mereka. Malas dan sekali lagi biarlah!

Semenjak profil Facebook-ku ini di buat, hingga kira-kira bulan Januari lalu, aku masih membiarkan profilku itu bisa dilihat oleh mereka yang berada di level ke-2, yaitu teman-temannya teman-temanku. Namun, aku menjadi terganggu dengan banyaknya permintaan dari mereka yang tidak aku kenal, bahkan sama sekali tidak meninggalkan pesan apapun atas permintaan mereka itu. Dilematik antara terima atau tidak, tergantung apakah malaikat atau setan yang sedang mendatangi Ocha. Ada tiga pilihan yang bisa aku pilih, menerima, menolak atau aku biarkan saja permintaan itu tak aku gubris.

Merasa terganggu secara berlebihan, akhirnya pengaturan profil itu benar-benar aku ubah. Semua profilku hanya bisa dilihat oleh teman-temanku.

Namun langkahku memang sudah terlalu jauh untuk keluar dari "dunia"ku sendiri. Cukup, aku biarkan mereka terlalu banyak mengenalku atau membiarkanku lebih dikenal dunia lain.

Jadi akhirnya beberapa hari lalu, tampilan profilku itu banyak yang aku ubah. Beberapa aplikasi dan informasi ada yang aku hilangkan, ada yang aku sembunyikan. Penulisan wall yang aku lakukan kepada teman-temanku dan perubahan-perubahan yang aku lakukan terhadap informasi apapun di profilku, apalagi perubahan status relasi, tidak akan diinformasikan ke dalam news feed teman-temanku. Ada beberapa informasi yang aku atur agar tak bisa diketahui oleh siapa pun termasuk teman-temanku sendiri. Album foto yang aku buat, juga hanya untuk konsumsi mereka yang masuk dalam daftar teman-temanku. Dan mulai 2 hari lalu, tidak ada seorang pun yang bisa menuliskan apapun di wall-ku. Mengingat tak setiap saat aku bisa terhubung dengan situs ini, dan untuk menghindari informasi-informasi yang tak seharusnya tertulis di sana. Jadi mulai sekarang, jika ingin menuliskan sesuatu untukku, silakan tinggalkan pesan di kotak surat masuk milikku ("Masih bisa kok.")

Pengaturan berikutnya, adalah terhadap si Introverto ini. Merasa sedikit beruntung, karena pengaturan terhadap semua blog yang aku kelola sudah aku pertimbangkan semenjak aku membuatnya. Apalagi untuk moderasi komentar dari mereka yang membacanya. Aku tak ingin lebih menyakiti orang-orang di luar sana, orang-orang yang aku sayangi, yang aku cintai. Biarlah aku yang pertama kali mengetahui komentar-komentar yang dituliskan para pembaca. Biarlah aku yang pertama kali tersakiti, karena aku adalah penulisnya.

Anonimitas ataupun penggunaan nama aseli dalam blog ini, tentu sudah aku pertimbangkan masak-masak saat aku menulis. Memang ada beberapa tulisan yang aku tulis dengan nama aseli mereka. Alasan pertama, karena menurutku cerita tersebut tidak ada yang perlu dirahasiakan, atau memang orang lain memerlukan informasi yang aku tulis, dan terutama (menurutku) tidak akan ada yang tersakiti, karena begitulah adanya, sesuai kenyataan. Apabila memang cerita tersebut perlu kerahasiaan, atau aku tak mendapatkan izin menuliskan nama aseli, atau aku rasa ada yang akan tersakiti, ya jelas nama aseli, bahkan detil ceritanya, tidak aku tuliskan secara eksplisit di dalam tulisanku. Manusia dari kalangan introversi, cukup hebat menuliskan apapun dalam bentuk implisit, ditambah sedikit banyak aku cukup terdidik untuk melakukan reverse psychology. Tak percuma lah, bergaul dengan mentor-mentor ajaibku, dari 8 tahun yang lalu.

"Hei, kalian manusia-manusia ajaib nan "brengsek" yang menjadi mentor-mentorku, ma kasih ya. Kalian mengagumkan tak terbantahkan, tak tertandingi. Love you all, unconditional! Cinta mati." ("Ini jelas perlu anonimitas. Ntar ada sakit hati, cemburu, marah? Repot ah! Hahahaha")

Terakhir (mungkin), adalah profil di Friendster, yang sudah jarang aku buka. Profilku ini sudah lama memang tertutup untuk mereka yang bukan teman-temanku di Friendster, dan juga tentang pengaturan moderasi komentar untuk blog yang aku miliki di sana. Dan sekarang, aku sudah malas, benar-benar malas untuk menyetujui permohonan permintaan menjadi teman di Friendster. Apalagi mereka yang TIDAK aku kenal, dan tidak meninggalkan pesan apapun. Jangan harap aku setujui.

Jadi wahai teman-temanku yang termasuk di dalam daftar temanku di profil Facebook yang aku miliki, pada kesempatan kali ini ("Kayak lagi pidato ya?"), aku ingin meminta maaf. Aku tak lagi mengizinkan kalian menulis apapun di wall profil Facebook-ku. Aku tak ingin menyakiti siapa pun, orang-orang yang aku kenal, aku sayangi, yang aku cintai.

Kemungkinan besar aku juga tak akan menyetujui permohonan kalian yang belum aku kenal di dunia nyata untuk menjadi bagian teman-temanku di dunia maya ini, jika tanpa pesan apapun di dalam permohonan itu. Mungkin aku akan menyetujui permintaan kalian, jika kalian meninggalkan pesan untukku.

Untuk mereka yang sudah dan/atau akan membaca tulisan di blog-blog yang aku kelola dan merasa (akan) tersakiti, aku benar-benar minta maaf. Tak ada maksudku untuk menyakiti kalian. Mungkin usahaku tak seratus persen berhasil. Mungkin aku sudah merusak pikiran orang lain (atau mungkin mereka merusak pikirannya sendiri setelah membaca tulisanku). Dan jika ada kesamaan penggunaan nama dalam tulisanku, yang jelas-jelas jika dilihat dari kategori tulisan ada kecenderungan bahwa itu adalah bukan nama, kejadian atau cerita aseli, atau memang cerita perlu dirahasiakan, semuanya itu adalah kebetulan belaka.

Dan bagi mereka yang sudah menyempatkan diri untuk menuliskan komentar, aku ucapkan terima kasih, tapi sekali lagi aku juga minta maaf, karena tidak semua komentar kalian aku setujui untuk ditampilkan di dalam blogku itu. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

Sekali lagi, maaf dan terima kasih ya. Aku terus akan coba untuk menjadi penulis yang baik untuk semuanya. Walaupun tentu tetap ada resikonya.

----

"Elo dah kayak artis 'Cha, bikin konferensi pers."

"Ga papa, penulis sama ribetnya sama artis kalo urusan beginian, hahahaha."

"Dasar loe narsis."

Kamis, April 16, 2009

10 Things I Hate About You...



I hate the way you talk to me, and the way you cut your hair.

I hate the way you drive a car.

I hate it when you stare.

I hate your big dumb combat boots, and the way you read my mind.

I hate you so much it makes me sick, it even makes me rhyme.

I hate the way you're always right.

I hate it when you lie.

I hate it when you make me laugh, even worse when you make me cry.

I hate it when you're not around, and the fact that you didn't call.

But mostly I hate the way I don't hate you, not even close, not even a little bit,

not even at all.

(Taken from 10 Things I Hate About You Movie)

----
Sekali lagi...Anjrit!!

Ada? Atau...



"Mau kemana Cha? Pacaran?"

"Sigh..."

"Kok? Berarti elo belom punya pacar?"

"Hmmm, mang napa?"

"Bis tulisan-tulisan lu ngomongnya gitu, tapi kayaknya elo jarang pergi-pergi."

"Ada sih...eh ngga ada...ada ngga ya? Ada ngga sih? Bingung ngga loe?"

"Resekh lu."

"Suka-suka loe lah mikir apaan. Persepsi bebas loe lah! Daagggg."

----

Diambil dari perbincangan antara aku dan seseorang, beberapa hari yang lalu.

Gambar aseli dari sini dan di desain oleh Sang Introverto.

Rabu, April 15, 2009

(Tolong Jangan) Teruskan...



Pernahkah kau bicara
Tapi tak didengar
Tak dianggap
Sama sekali...

Pernahkah kau tak salah
Tapi disalahkan
Tak diberi
Kesempatan...

Kuhidup dengan siapa
Ku tak tau kau siapa
Kau kekasihku
Tapi orang lain bagiku...

Kau dengan dirimu saja
Kau dengan duniamu saja
Teruskanlah..Teruskanlah
Kau begitu...

Kau tak butuh diriku
Aku patung bagimu
Cinta buta
Kebutuhanmu...

Hoo.. Hooo

Kau dengan dirimu saja
Kau dengan duniamu saja
Teruskanlah..Teruskanlah
Kau..kau begitu...

----

Anjrit!!

Jendela Semu...

Tak ingat lagi kapan terakhir kali ia membuka media ruang mengobrol salah satu situs ternama itu. Apalagi semenjak ia dan kekasihnya tak lagi mempunyai daya fisik untuk sama-sama merelakan jam tidur mereka, demi bertemu di ruang maya itu hingga subuh menjelang seperti biasanya. Itulah saat-saat terindah untuk mereka berdua, atau setidaknya untuk dirinya. Untuk Rana, sang penulis.

Hidupnya memang dipenuhi dengan taburan "bunga". Dari "bunga bangkai" sampai "bunga mawar" berwarna nan indah, yang hadir selalu di kehidupannya. Namun itulah yang membuat Rana tetap menjadi seorang Rana. Termasuk kejadian yang menimpa dirinya bulan lalu, yang tak terlalu ia pedulikan. Setidaknya berhasil ia kesampingkan dan tidak berada di dalam daftar prioritas investigasi lebih lanjut "sang detektif" yang penuh rasa penasaran itu.

Suara perempuan di ujung telepon di pagi hari telah membuat harinya sedikit berwarna, tepatnya berbunga. Perempuan dengan suara getir, yang menurutnya akibat ia menahan amarahnya. Perempuan yang dengan segala itikad baik mencurahkan segala rasa penasarannya dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada Rana.

Dua perempuan itu pun sempat berbicara beberapa menit di telepon. Sepertinya keduanya berhasil mengikat diri di balik seribu topeng tebal, atau lebih tepatnya kedewasaan dan pertaruhan kredibilitas diri. Mereka tak saling menyakiti, berusaha untuk tak saling menyakiti, dan berhasil.

"Hmmm, So? Resiko seorang penulis", pikirnya saat itu. Ia pun kembali sibuk dengan segala pekerjaan yang dibuatnya ada.

Ya, perbincangan dua perempuan itu hadir karena tulisan Rana di sebuah media. Tak ada niat apapun saat ia tuliskan semuanya. Pikirnya, tak ada yang akan tersakiti, karena memang itulah yang diketahuinya. Hanya ada Rana dan apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, apa yang ditangkap oleh inderanya, dan apa yang ditulisnya.

Beberapa hari pun berlalu dari kisah yang pada akhirnya menimbulkan rasa penasaran pada dirinya. Namun seperti biasa, pertanyaan-pertanyaan itu akan tetap ada di kepalanya, berhenti sampai di sana, saja. "Time will tell lah. Sakkarepmu."

Rana tetap seorang Rana. Hari demi hari ia lalui, dan peristiwa itu pun berangsur berhasil ia singkirkan di "gudang penyimpanan" paling ujung yang ada di otaknya.

Sampai beberapa hari lalu, saat Rana ingat bahwa sudah sekian lama ia tak berkunjung ke media ruang mengobrol di mana ia terdaftar menjadi anggota di situs ternama itu.

Setelah ia selesai mengklik tombol sign in, ia pun menerima beberapa offline message, dan beberapa permintaan penambahan kenalan di ruang obrolan itu. "Tumben, ga sebanyak biasanya."

Lebih banyak yang tidak Rana kenal, kecuali satu. Satu permintaan dari perempuan yang kala itu meneleponnya.

"Kekeuh juga nih perempuan. Hebat."

Seperti biasa juga, Rana tak serta merta menerima semua keadaan yang menimpa dirinya. Maklumlah sebagai seorang analis sejati, Rana pun kemudian mencoba untuk memikirkan langkah apakah yang akan ia ambil, apa resikonya dan lain-lain hal. Tidak hanya untuk permintaan perempuan itu. Untuk semua permintaan yang tersuguh di depannya, di jendela-jendela yang bermunculan di layar laptopnya.

"Accept, decline? Accept, decline. Kalo accept bakal apa, kalo decline bakal apa. Halllaggghh, ga suka nih kayak gini."

Akhirnya Rana menyamakan perlakuan terhadap permintaan-permintaan tersebut.

"Ya udah lah, gue lagi bae hari ini. Gue terima aja semua, walau ga kenal."

Tak seperti biasanya ia menerima. Mengingat Rana selalu menolak seluruh permintaan menjadi teman di situs jejaring Facebook, saat ada yang meminta untuk dimasukkan ke dalam daftar temannya, dari orang yang tak ia kenal, apalagi tanpa meninggalkan pesan apapun di dalam permohonan itu. Bahkan sekarang ia sedikit lebih sadis, ia sudah menutup kemungkinan bisa tercarinya profil Facebook-nya, di dalam dunia maya. Hanya yang terdaftar sebagai teman, yang hanya bisa melihat profilnya.

Perempuan yang meneleponnya beberapa waktu lalu bernasib lain. Sekarang ia telah termasuk ke dalam daftar teman Rana, walaupun hanya di media ruang obrolan ternama ini.

"Biarlah, gue niat baik kok."

Dan kembali beberapa hari berikutnya, setelah hari ia memutuskan menambahkan nama perempuan itu ke dalam daftar temannya di media ruang obrolan tersebut, ia tak menandangi situs itu. Malas. Seperti biasa.

Sampai dengan ia berniat membukanya, hari itu. Hari di mana ia pun tak bersembunyi, menampilkan diri di antara kerumunan manusia-manusia yang ada di sana, di dunia maya yang penuh dengan "kebrengsekan", yang juga maya.

Rana tak melulu di depan benda elektronik jutaan rupiah itu, yang menjadi teman setianya. Kakinya tak pernah diam, karena panas udara yang kali ini membuatnya tak betah duduk berlama-lama di kamarnya. Tak seperti biasa, di mana benda itu mampu membius Rana bagai patung di depannya, selama berjam-jam.

Sekembalinya dari langkah kakinya, ia mencoba duduk mematung di depan benda hasil inovasi canggih tak tahu karya siapa. Kali ini kembali ia dikagetkan dengan dua buah jendela sekaligus. Masing-masing dari mereka yang beberapa hari lalu disetujui untuk sedikit lebih mengenalnya. Mengenal Rana, manusia ajaib, dengan sedikit sentuhan abnormalitas diri, yang tak tahu hasil bentukan dari mana, dari siapa, atau akibat apa. Rana hanya percaya bahwa manusia lahir bagai kertas putih, tabula rasa. Lingkungannyalah yang banyak menorehkan tinta di atasnya.

Di dalam dua jendela itu Rana menemukan sederetan tulisan, yang kembali menimbulkan analisa tertentu di dalam otaknya.

"Reply, gak? Reply, gak? Yang mana dulu ya?"

Ya, begitulah Rana, sering terlalu banyak pikiran, yang pada akhirnya membuat dirinya sering lelah, apalagi dulu ketika ia masih lebih memikirkan orang lain.

Rana memerhatikan ada sedikit perubahaan pada dua jendela tadi. Foto-foto yang telah terganti. Satu jendela yang tadinya tak berfoto, menjadi berfoto, dan satunya lagi dari yang menampilkan foto gambar abstrak menjadi foto seorang anak kecil.

"Dua-duanya kok janjian. Hahhahaha."

Akhirnya Rana memutuskan untuk membalas sapaan ramah dari mereka. Namun hanya satu jendela yang aktif saling berbalas. Dihiasi dengan berbagai obrolan, yang membuat Rana menjadi seperti pelaku wawancara.

"Duh maaf ya, penasaran gue."

Di tengah perbincangannya dengan perempuan di jendela itu, Rana tak henti memandangi foto yang ada di sana. Rana hanya tersenyum, sembari sedikit berpikir dalam hatinya.

"Lucu. Mirip. Apa gue sliwer ya? Atau gara-gara gue ga pake kacamata or soft lens, jangan-jangan ukurannya nambah."

Di akhir perbincangan antara dua perempuan itu, Rana dimintai sebuah permintaan maaf, dari perempuan itu atas telepon yang ia lakukan padanya bulan lalu. Dan menurut Rana tak ada yang perlu dimaafkan, semua itu sudah menjadi bagian resiko sebagai seorang penulis.

Perbincangan Rana dengan perempuan itu, akhirnya diselesaikan oleh Rana yang tak lagi membalas apa yang dikatakan perempuan tadi, setelah jawaban terakhirnya terkirim. Itu semua karena Rana sudah terbius oleh kecanggihan teknologi yang terbentang di depannya.

For You, Hon...


Just like what you asked me to, today...
----

Gambar aseli dari sini dan didesain oleh penulis Introverto...

Senin, April 13, 2009

Back To That Day...



To 3rd December 2008...

Saat mereka satu dalam cinta...

----

"Siapa 'Cha?"

"Persepsi bebas loe lah!"

Firasatku...



Di tengah ragu diri, atas taruh rasa sabar yang kubuat jadi tak bertepi...
Aku lihat setitik cahya yang terus bersinar...
Seperti lentera yang menyala walau hanya dari setetes minyak...
Walau redup, tapi tak pernah mati...

Tak tahu mengapa intuisi ini selalu bicara...
Saat berulang kali aku inginkan batas sabarku...
Tak tahu mengapa ia selalu berkata...
Kau memintaku menunggumu...

Aku tahu, tanganmu bagai terikat...
Saat hati ingin menggapaiku...
Kau buatku mati...
Hingga kau pilih kuburkan rasa itu, sementara...

Ratusan, bahkan ribuan detik telah aku lewati...
Tanpa hadirmu...
Ratusan, bahkan ribuan tanda tanya di benakku...
Yang juga belum terjawab...

Segelas mimpi kita belum habis...
Nikmat sakit ini masih terlalu dini kita tinggalkan...
Lagu ini belum selesai...
Bahkan cerita ini baru saja tertoreh...

Aku yakin waktu itu ada...
Untuk kita kembali berdua menulis cerita...
Aku yakin waktu itu ada...
Yang membawa kita kembali bersama...

Pulang ke hatiku lagi, Sayang...
Biarkan dirimu istirahat...
Biar teduh mataku seka peluh lelahmu...
Seperti dulu...

Dan biarkanku kembali di pelukmu...
Seperti saat sayap-sayap ini tak sanggup lagi membawaku terbang...
Biarkan tawamu membawa hatiku kembali ke rumahnya...
Seperti dulu...

----

Cepat pulang, cepat kembali, jangan pergi lagi...

Minggu, April 12, 2009

Ayo Belanja...

Dulu, jika aku menginginkan sebuah barang, sering kali aku tak berpikir panjang sebelum mengambil barang itu dan membawanya ke kasir, apalagi awal-awal aku sudah memiliki gaji sendiri. Namun dengan berjalannya waktu, dan semakin merasakan susahnya mencari uang, kebiasaan itu pun sudah bisa aku kurangi. Berpikir panjang sebelum membeli barang, memang penting. Tidak terlalu sulit ternyata untuk meninggalkan toko tanpa membawa pulang barang yang diinginkan, pada saat itu juga, detik itu juga.

Cukup lama memang aku baru dapat menemukan strategi-strategi untuk hunting barang belanjaan. Dan inilah strategi yang cukup ampuh (setidaknya bagiku) untuk mencegah agar kita tidak menyesali barang yang kita beli.

Marreee...

1. Sebaiknya sebelum kita pergi ke pusat perbelanjaan, kita sudah harus tahu barang belanjaan yang kita ingin beli. Klise memang, tapi ada benarnya. Pasti kita tidak ingin menghamburkan uang dengan percuma dan penuh penyesalan 'kan?

2. Dalam pusat perbelanjaan tentu tidak hanya ada satu atau dua toko yang menjajakan barang jualan yang sejenis. Jangan malas untuk melakukan perbandingan. Coba pakaian hanya jika modelnya kira-kira sesuai dengan bentuk tubuh, tidak semata-mata karena tampilan warna atau motif yang menarik, hal ini dapat menghemat waktu kita berbelanja.

Ada satu strategi sedikit licik, yang cukup sering aku lakukan. Apabila ada satu barang yang kamu sudah suka sekali, sudah cocok baik model dan ukurannya, takut barang itu diambil orang lain, apalagi kalau stoknya tinggal sedikit, tapi kamu ingin melakukan perbandingan di toko/butik lain, titipkan barang tersebut pada kasir, lalu kamu bilang pada petugasnya, kalau kamu ingin ke toilet atau ke ATM. Pergi ke toilet atau ATM itulah sebagai alasan kamu untuk mencari di toko/butik lain untuk membandingkan barang yang kamu inginkan.

Terus terang dengan cara seperti ini, aku pernah menemukan satu kemeja putih lengan pendek, dengan kelas dan kualitas merek yang sama, tapi lebih murah. Kamu tahu dua merek produk busana asal Spanyol yang menjadi favoritku itu 'kan? Namun agar hati tidak terlalu merasa bersalah, aku akan kembali ke toko sebelumnya, mencobanya lagi, dan bilang ke petugasnya bahwa aku tak jadi mengambil barang itu, karena setelah dipikir-pikir masih kurang cocok. Tentu, ketika kembali ke toko sebelumnya, aku belum membawa tas belanjaan baru ya, atau setidaknya aku simpan di tasku yang mirip kantong Doraemon.

Perbandingan satu barang dengan barang yang lain ini, juga berguna ketika kamu sedang berjalan-jalan dan mendadak baru ingat atau ingin membeli barang yang tidak direncanakan sebelum pergi berbelanja.

3. Apabila hasrat hati benar-benar tak terbendung untuk membawa belanjaan sepulang dari pusat perbelanjaan, carilah barang yang pasti berguna, istilahnya must have item.

4. Jika sedang jalan-jalan ke luar negeri, cari barang yang tidak dijual di Indonesia. Bisa mereknya yang tidak masuk ke Indonesia, atau modelnya. Jangan lupa untuk menghitung kurs harian, karena bisa jadi barangnya menjadi lebih mahal dari pada harga di Indonesia, jika memang barangnya dijual di sini. Lain soal, jika hasrat hati untuk membeli tidak dapat ditahan lagi, tutup mata serapat-rapatnya untuk urusan kurs mata uang negara setempat terhadap Rupiah.

5. Sebelum membayar, periksa kembali kondisi barang yang akan dibeli, apakah ada yang cacat atau tidak, apalagi untuk barang yang didiskon.

6. Selalu minta barang yang baru, bukan barang yang dipajang. Aku pribadi memilih untuk membatalkan membeli barang tersebut jika tidak ada stok selain yang dipajang. Biasanya kondisi barang yang dipajang sudah tidak terlalu bagus.

Namun ada baiknya kamu memeriksanya kembali, jika masih benar-benar bagus dan bersih, tak ada salahnya kamu membeli barang yang dipajang tersebut. Khusus untuk sepatu, teliti kembali dengan seksama, apakah kulitnya sudah terdapat banyak lipatan bekas pakai atau tidak. Dan untuk pakaian, jangan membeli pakaian yang sudah terkena noda kosmetik orang yang mencoba sebelumnya atau noda apapun, karena ada resiko noda tersebut tidak bisa dihilangkan. Untuk menghindari terkenanya noda pada pakaian, serta untuk kepentingan diri sendiri juga orang lain, ada baiknya jika kamu ingin mencoba pakaian, jangan mencoba yang warna terang, apalagi putih. Cari model yang diinginkan dan ukuran sesuai, dengan warna yang gelap. Apabila kamu ingin membeli yang warna putih, baru kamu cari warna tersebut, ukuran yang sama, dan langsung bawa ke kasir.

5. Tanyakan petugasnya, apakah barang tersebut bisa ditukar atau tidak setelah kita membeli, dan juga syarat-syarat penukarannya, kalau-kalau ada cacat yang tidak terlihat saat kita membelinya. Simpan baik-baik bukti pembayarannya untuk beberapa hari.

6. Membeli barang di toko atau butik langganan mempunyai kelebihan tersendiri, yaitu kamu sudah tahu ukuran yang biasa kamu kenakan untuk merek tersebut. Hal ini sangat berguna saat-saat masa diskon digelar, karena pada masa inilah toko atau butik pasti lebih ramai dikunjungi orang, dan bisa dipastikan urusan mengantri mencobanya pun juga lebih panjang. Bahkan ada toko atau butik yang tidak memperbolehkan pembelinya untuk mencoba pada saat diskon berlangsung. Jadi jika sudah tahu ukuran yang biasanya, akan lebih menghemat waktu, serta tidak akan kehilangan barang yang disenangi hanya karena tidak tahu ukurannya dan tidak boleh mencobanya.

7. Apabila kamu sedang ingin berhemat, jauhkan ruang coba pakaian, karena jika kamu sudah mencoba pakaian, dan dirasa cocok, kemungkinan besar kamu akan membelinya walaupun ternyata kamu tidak memerlukannya. Selain itu, tinggalkan kartu kredit yang sudah kosong atau kartu debit yang masih penuh di rumah dan bawa uang tunai secukupnya, walau aku yakin pasti sulit.

8. Sebaiknya jika kamu ingin membeli sepatu, jangan pada saat-saat awal kamu mulai berbelanja. Lakukan itu setelah kaki-kakimu berjalan untuk beberapa lama, karena kaki akan lebih mengembang, sehingga kamu akan tahu ukuran dan bentuk kakimu yang sebenar-benarnya, ketika memilih sepatu. Saat kamu ingin membeli high heels, ada baiknya kamu menanyakan ada sol tambahannya atau tidak, beberapa merek menyediakannya termasuk kantong penyimpanan tambahan. Dan untuk sepatu pada umumnya, lihat lagi bahan yang dipakai, apakah mudah dibersihkan atau tidak. Untuk cara membersihkan sepatu, bisa dibaca di tulisanku sebelumnya (dalam kategori label informasi fesyen).

9. Saat kamu membeli pakaian, terutama yang berkancing, periksa kembali jahitan kancing-kancing tersebut, dan apakah ada kancing cadangan yang disediakan atau tidak. Ada baiknya sesampainya di rumah, kencangkan sendiri jahitan kancing-kancing tersebut. Selain itu periksa juga washing instruction yang biasanya tertera di bagian dalam pakaian, terutama untuk kamu yang malas membawa pakaian ke jasa binatu, karena ada pakaian yang hanya bisa dicuci kering atau dicuci dengan bahan-bahan kimia tertentu.

10. Satu hal penting saat kamu ingin berbelanja, pakailah pakaian dan terutama sepatu yang sangat nyaman. Jangan sampai pakaian dan sepatumu mengganggu kenikmatan kamu berbelanja. Aku tidak menyarankan untuk memakai sepatu berhak tinggi sangat berbelanja, bahkan aku selalu menghindari menggunakan sepatu jenis ini ketika berburu belanjaan.

Selain strategi berbelanja di atas, aku juga ingin membagi must have item ala diriku sendiri. Siapa tahu berguna juga untuk kamu.

1. Atasan (baik kemeja lengan panjang, pendek, atau kaos) berwarna putih polos. Tentu pilih dengan model, jenis kain, sulur kain yang berbeda-beda.

2. Bawahan (rok atau celana panjang) berwarna hitam polos. Pilih yang berwarna hitam pekat, dan tentu hati-hati dalam menyetrika pakaian agar tidak berbekas.

3. Sack dress hitam, karena bisa dipakai di hampir setiap acara, baik siang maupun malam, apalagi kalau sedang bingung mau pakai baju apa.

4. Sepatu model apapun berwarna hitam atau putih, karena bisa disesuaikan dengan pakaian warna apapun.

5. Travel bag atau suitcase dengan ukuran kabin pesawat. Usahakan warna gelap, agar tidak terlalu terlihat jika kotor. Dan percaya benda ini pasti berguna, walaupun kamu belum merencanakan bepergian, jadi sediakan benda ini, setidaknya satu di rumah. Lagi pula kalau membelinya tidak mendadak tentu kamu bisa memilih model sesuai keinginanmu dan bisa tetap modis saat bepergian 'kan? Oh ya, kenapa ukuran kabin? Menghemat waktu, karena koper tidak perlu dimasukkan ke bagasi pesawat, cukup dibawa di kabin, dan kalau kamu bepergian tidak dengan pesawat, ukuran koper juga tidak akan banyak memakan tempat.

6. Tote bag warna netral. Tas ini dapat memuat barang yang cukup banyak, setidaknya tidak hanya dompet dan ponsel, bahkan bisa dijadikan semacam kantong Doraemon.

7. Celana jeans berwarna gelap. Dengan paduan kemeja putih dan jeans gelap, kamu sudah bisa datang ke acara-acara non formal, bahkan aku pernah datang ke pesta perkawinan yang diadakan siang hari dengan padu padan seperti itu.

8. Cardigan. Mempunyai cardigan berbagai macam warna dan lebih dari satu tidak akan percuma, apalagi untuk mereka yang tidak kuat dengan hawa dingin AC.

9. Winter stocking, untuk mereka yang sudah bekerja, stocking ini akan menambah kesan tersendiri dalam berpakaian. Bahan winter stocking juga lebih kuat daripada stocking biasa, jadi kamu tidak perlu sering-sering membeli stocking baru karena robek. Selain itu, winter stocking ini berbahan tebal, yang bisa menahan dingin saat kamu di kantor, tapi kalau sedang keluar kantor, jangan terlalu banyak gerak ya, bisa-bisa kamu kepanasan nanti.

Kira-kira, itulah strategi berbelanja berdasarkan pengalamanku sendiri, semoga berguna, kalau ada yang ingin menambahkan, dengan senang hati aku terima.

"Hmmmm...musim diskon sebentar lagi 'kan? Jadi, belanja kita? Shop till you drop, Gurls!"

Sabtu, April 11, 2009

Joy...



So this is a new day, My Friends...
After He washed our sins away...
Now, it's time for us to be joyful...joyful...

Once more...Happy Easter, My Dear Friends...

This Easter...




Oh happy day (oh happy day)
Oh happy day (oh happy day)
When Jesus washed (when Jesus washed)
When Jesus washed (when Jesus washed)
Jesus washed (when Jesus washed)
Washed my sins away (oh happy day)
Oh happy day (oh happy day)

Oh happy day (oh happy day)
Oh happy day (oh happy day)
When Jesus washed (when Jesus washed)
When Jesus washed (when Jesus washed)
When my Jesus washed (when Jesus washed)
He washed my sins away

He taught me how (oh, He taught me how)
To wash (to wash, to wash)
Fight and pray (to fight and pray)
Fight and pray
And he taught me how to live rejoicing
yes, He did (and live rejoicing)
Oh yeah, every, every day (every, every day)
(oh yeah) Every day!

Oh happy day (oh happy day)
Oh happy day, yeah (oh happy day)
When Jesus washed (when Jesus washed)
When my Jesus washed (when Jesus washed)
When Jesus washed (when Jesus washed)
My sins away (oh happy day)
I'm talking about that happy day (oh happy day)

He taught me how (oh yeah, how)
To wash (to wash)
Fight and pray (sing it, sing it, c'mon and sing it)
Fight and pray
And to live
yeah, yeah, c'mon everybody (and live rejoicing every, every day)
Sing it like you mean it, oh....

Oh happy day (oh happy day)
I'm talking about the happy days (oh happy day)
C'mon and talk about the happy days (oh happy day)
Oh, oh, oh happy days (oh happy day)
Ooh talking about happy day (oh happy day)
Oh yeah, I know I'm talking about happy days (oh happy day)
Oh yeah, sing it, sing it, sing it, yeah, yeah (oh happy day)
Oh, oh, oh
Oh happy day.....

(Happy Day, Original Soundtrack Sister Act II)

Happy Easter, Everyone!

Jumat, April 10, 2009

Hari Ini (Bukan) Hari Kasih Sayang 'Kan?...


Hari itu ia ingat benar adalah tanggal 1 April 2009, saat satu rangkaian mawar merah ia kirimkan pada kekasih hatinya, hanya dengan secarik kertas yang bertuliskan...

I just wanna make your day...

Rabu, April 08, 2009

Dua Wanita...

Dua wanita itu duduk berhadap-hadapan di sebuah restoran. Salah satu di antara mereka, sibuk memerhatikan gerak-gerik wanita yang ada di hadapannya. "Ia tak sama seperti saat kali pertama aku jumpa dengannya", pikirnya saat itu.

Teringat Kyra akan hari-hari itu. Jauh sebelum hari ini, di tempat ini, kala mereka berdua duduk di restoran itu.

Dulu. Saat sebatang Sampoerna Menthol atau Marlboro Mild Menthol sering kali terselip di antara jarinya, di tengah obrolan mereka, yang disaksikan beberapa sahabat dan anak tangga di pintu darurat. Saat ketergesaan menjadi sahabatnya, yang membuatnya nyaris tak pernah berjalan, tapi berlari. Tawa bibir yang tak pernah lepas dari gincu merahnya pun selalu merekah di tengah hingar-bingar dering telepon, suara ketikan laptopnya, atau bahkan teriakan teman-temannya, yang kurang lebih berkelakuan sama dengannya.

Tak pernah Tiara mampu meninggalkan hari tanpa membuat dirinya sibuk sendiri, bahkan saat teman-temannya sudah tergeletak lelah kehabisan energi, atau karena sebotol anggur dan bir yang sering menemani plesiran mereka. Tak habis pikir, dari manakah energi yang ia miliki.

Kyra benar-benar tak bisa berhenti berpikir, bagaimana bisa wanita di depannya, yang dulu bertiara indah, dengan warna memukau, kini kehilangan tiara itu. Bagaimana mungkin kaki-kakinya yang dulu hampir selalu berlari, sekarang menopang tubuhnya pun sulit.

Ditambah saat ini, Kyra disuguhi sebuah pemandangan yang membuat hatinya miris. Saat melihat Tiara hanya membolak-balikan buku menu makanan yang ada di depannya. Dengan tatapan mata yang nanar, dan bingung, seolah mengatakan "Ada makanan apa aja sih?"

Kesedihan dan mungkin amarah seorang Kyra sedang memuncak. Seakan protes mengapa ia harus menyaksikan semuanya itu. Mengapa kejadian itu harus dialami Tiar, teman baiknya.

"Mau makan apa 'Ar?"

"Adanya apa? Gambarnya kecil-kecil."

"Banyak sih." yang disusul dengan penjelasan sedikit tentang menu yang ada di sana. Tiar tak bisa melihat dengan jelas, saat kacamata tak tersangkut di hidung dan telinganya. Akhirnya Tiar tak memilih sendiri menu makanannya, namun dipilihkan.

Tak berapa lama setelah mereka berdua selesai memesan makanan, pelayan meminta kembali buku menu yang ada di meja. Kyra mengambil dan memberikan itu semua pada pelayan tadi.

Kyra terus memerhatikan Tiar, yang duduk di depannya. Saat itu Kyra melihat Tiar mulai mengambil alas piring yang terbuat dari kertas, yang ada di depan mereka berdua. Dan mengumpulkannya jadi satu.

"Mau dikemanain?"

"Mau dikasih ke mbak-mbaknya."

"Kenapa?"

"Biar ngga menuh-menuhin."

"Itu khan buat alas makan kamu nanti."

Kyra mencoba menerka apa yang sedang Tiar pikirkan, apakah ia benar-benar tidak suka alas piring itu ada di sana, atau ia tak tahu itu fungsinya untuk apa, "Ah, ga mungkin lah Tiar ngga tau."

Kini Kyra semakin memahami mengapa kekasih hatinya, yang juga teman baik Tiar, belum sanggup menjumpai Tiar selama ini.

Mereka telah kembali ke rumah yang sementara mereka tinggali. Segelas es krim telah disiapkan untuk Tiar. Kyra membawa gelas yang berisi es krim itu mendekat ke arah Tiar. Sesaat setelah Kyra duduk di samping Tiar, ia pun langsung meraih gelas itu, dan ingin menenggak isinya.

"Ar, itu es krim, bukan air putih. Gak bisa diminum. Belum bisa diminum."

Kyra mengulangi kata-kata itu hingga beberapa kali. Namun Tiar tak peduli dengan omongan Kyra, bahkan akhirnya Kyra membiarkan Tiar melakukan keinginannya.

Kembali Kyra mencoba menerka, apa yang sedang dipikirkan Tiar hingga ia tetap keukeuh untuk meminum es krim di dalam gelas itu. Namun ia tak berani melanjutkan pikirannya itu, "Bisa membuatku tambah sedih".

"Bener 'kan ga bisa diminum. Masih belum cair es krimnya. Gini aja ya, aku yang pegang gelasnya, kamu yang nyendok."

Kyra pun memegang gelas itu, sembari meletakkannya di atas kasur yang mereka duduki. Sengaja memang, agar Tiar semakin terlatih untuk bergerak. Kyra semakin tak bisa berkata apa-apa atas pemandangan yang ada di hadapannya saat itu. Tiar sedang berusaha perlahan-lahan menyenduk es krim dan memasukkannya ke dalam mulutnya, hingga es krim itu habis.

Satu yang di hati Kyra saat Tiar berhasil menghabiskan satu gelas es krimnya...

"Ternyata semangat juangnya masih sama. Ternyata ia masih menyimpan tiara itu...di hatinya..."

Minggu, April 05, 2009

Menu Hari Ini...

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 1 jam 40 menit, akhirnya aku, Karin dan Yudha tiba di Singapura. Perut kami sudah lapar. Apalagi penerbangan kami hari ini terlambat 30 menit dari waktu yang ditentukan. Sampai di Singapura baru pukul 14.20 waktu setempat. Rasanya tak mungkin lagi jika perut kami menunggu lebih lama untuk diisi makanan. Akhirnya Yudha memutuskan untuk membeli makanan di Coffee Bean yang terletak di Mount Elizabeth Hospital.

Selama aku menyantap makan siangku itu, aku mulai memikirkan menu makan malam kami hari ini, "Masak apa ya, buat makan malam?", akhirnya aku putuskan masak Sup Salmon. "Terdengar canggih ya?" Setelah selesai makan, aku berangkat ke Pusat Perbelanjaan Paragon untuk berbelanja.

Belanjalah aku di sana. Ikan salmon, bumbu-bumbu, sayuran dan bahan-bahan lain yang menurutku menjadi bahan dasar sup sudah aku masukkan semua ke dalam keranjang belanjaan.

"Gila ya, Indonesia emang surga belanja makanan. Brokoli 5 dolar? Dah gila apa ya? Di Jakarta 10 rebu dah gede."

Namun sesampainya di kos, aku menelepon mama, apakah bahan-bahan yang aku beli tadi sudah lengkap atau belum.

Ternyata memasak sup ayam tidak sama dengan memasak sup ikan salmon. Mengingat ikan salmon ini tetap berbau amis saat mentahnya. Dan itu harus dihilangkan dengan jahe, serai, jeruk, daun kemangi. Tiga bahan itu tidak termasuk bahan yang aku beli tadi. Terpaksalah aku berangkat ke supermarket lagi untuk kembali berbelanja.

"Anjrit, serai dua batang kecil gini, 50 sen."

Dan sepulangnya aku dari sana, aku mulai mengolah bahan-bahan yang aku beli tadi. Seperti biasa aku hanya memasukkan semua bahan ke dalam panci dan berbekal indera pengecapku. Ini dia resepnya:

1. Daun Bawang
2. Daun Kemangi (atau jika tidak ada bisa menggunakan Basil Leaf)
3. Daun Seledri
4. Tomat
5. Bawang merah
6. Bawang putih
7. Bawang bombay
8. Serai (Lemon Grass)
9. Jahe di potong dan dimemarkan
10. Jeruk nipis
11. Brokoli
12. Jamur Champignon
13. Jamur Enoki
14. Ikan Salmon
15. Knorr seasoning powder, tanpa MSG
16. Kikkoman
17. Garam secukupnya

Cara mengolahnya juga tak sulit, dan tidak lama. Malahan lebih lama memotong-motong bahan masakan ini. Semua bahan dipotong-potong dengan ukuran sesuai keinginan. Ikan salmon yang menjadi bahan utama masakan ini, juga di potong-potong menjadi beberapa bagian, lalu lumuri perasan jeruk nipis di atasnya, dan taburi garam secukupnya, hingga rata dan diamkan sembari kamu menyiapkan bahan lain.

Sisa bahan-bahan yang sudah disiapkan, tinggal dimasukkan ke dalam air. Jujur, urutan memasukkannya pun aku sesuaikan dengan feeling-ku sendiri, alias sesuka hati. Namun tadi yang aku lakukan pertama kali adalah memasukkan daun bawang, tomat, bawang merah, bawang putih dan bawang bombay. Tambahkan Knorr seasoning powder, aduk, tambahkan Kikkoman dan garam secukupnya, sesuai dengan rasa indera pengecapmu.

Lalu, yang lainnya aku benar-benar lupa urutan memasukkannya. Semua suka-suka hati, hingga baru aku sadari semua sayuran dan bumbu sudah masuk ke dalam panci. Jangan lupa untuk terus merasakan kuah sup. Coba rasakan kira-kira masih kurang apa, dan tinggal tambahkan yang kurang itu.

Setelah kuah sup mendidih, baru masukkan daging ikan salmon yang sudah dilumuri perasan jeruk nipis dan garam tadi. Diamkan beberapa saat, hingga daging salmon bewarna merah muda. Jangan terlalu lama merebus daging ikan salmon, karena dagingnya bisa hancur.

Sebelum masakan ini aku berikan pada "juru cicip", aku mencobanya terlebih dulu.

"Hah, enak juga masakan gue. Padahal baru pertama niy masak sup ginian," pikirku tadi.

Saat itu bersamaan dengan Yudha yang masuk ke dapur untuk kesekiankalinya.

"Buset, masak beneran lu? Emang lu bisa masak?"

"Nape lu dah laper? Bolak-balik aja lu. Enak Dha, ntar lu tinggal makan dah."

"Iye, wangi ya."

Dan enaknya masakan ini disetujui oleh satu "juru cicip" utama, Karin, mulai suapan pertama aku berikan padanya. Bahkan saat Yudha masih menyantap makanannya, Karin meminta tambah sup-nya saja tanpa nasi. Setelah aku selesai menyuapinya, giliran aku menyantap hasil masakanku sendiri.

----

"Nyam-nyam, masih ada sisanya untuk besok pagi."

Sabtu, April 04, 2009

Lagu Ini (Tak) Kuakhiri...

Beberapa hari lalu, seorang temanku meninggalkan komentar di aplikasi note yang ada di situs jejaring Facebook. Semua tulisanku yang ada di dalam aplikasi itu, adalah hasil pindahan dari Introverto milikku ini. Komentar yang ia tinggalkan hanya 1 kata, hanya namaku, tapi aku tahu dari gaya penulisannya, sepertinya ia sedang berteriak. Kurang lebih komentarnya seperti ini "Ochaaaaaaaaa..!"

Sedikit bingung dengan komentar itu. Mungkin ia bermaksud sedikit "balas dendam", karena seringnya aku meninggalkan persepsi-persepsi tak karuan bebasnya di benak pembaca blogku. Komentarnya itu aku balas, dengan sebuah pertanyaan yang kurang lebih seperti ini: "Kena ama tulisan gue? Jangan GR dech loe."

Lalu kami pun jadi beberapa kali berbalas-balasan komentar di aplikasi itu. Temanku ini akhirnya mengakui bahwa apa yang aku tulis, adalah tepat dengan apa yang ia rasakan saat itu, bahkan ia katakan kalau-kalau aku dapat membaca mimpinya. Dan pada akhirnya aku pun mengakuinya bahwa itu juga merupakan curahan hatiku saat itu, bahkan sampai saat ini.

Kami berdua sama-sama menanti sesuatu. Menanti sebuah kedatangan. Sebuah kedatangan akan kepastian. Tak tahu dalam rentang waktu masih berapa lama lagi.

Aku jadi teringat lagu Andaikan Kau Datang Kembali, yang awalnya dinyanyikan oleh Koes Plus, dan dinyanyikan ulang oleh Ruth Sahanaya, yang sekarang mengiringiku menulis tulisan ini. Tidak semua lirik di lagu itu tepat menggambarkan kondisiku saat ini. Hanya bait terakhir yang memberikan makna tersendiri padaku.

"Lagu ini kuakhiri."

Wahai temanku, aku ingin mengatakan padamu, bahwa aku tidak akan mengakhiri "lagu" ini, aku tak peduli apakah akan membuatku terlihat bodoh atau apapun itu, karena "lagu" ini terlalu indah untuk kuakhiri, dan sakit ini sedang aku nikmati.

Dan untuk dirinya yang aku rindu, cinta dan "benci"...ilu, imu, yaitu singkatan yang kami gunakan saat kami saling berkirim pesan singkat atau Black Berry Messenger...

I do really miss you...Badly...

Dan tak terasa air mata ini pun menetes...dan mengalir begitu saja...

*Sigh....*