Aku tak tahu apakah kalian juga pernah mampir dan membaca tulisanku di blog milikku di situs jejaring Friendster atau tidak. Namun saat ini aku akan menceritakan suatu hal yang berhubungan sedikit dengan tulisanku terakhir di blog situs jejaring Friendster.
Tentang logika dan tentang perasaan, tentang cinta, yang kadang kita tak tahu bagaimana harus menautkan, mengsinkronisasikan keduanya. Dan pada akhirnya, kita cenderung untuk memilih salah satu di antara keduanya. Pilihan? Bagiku bukan suatu pekerjaan yang mudah. Bukan pekerjaan yang menyenangkan. Andaikan bisa aku untuk terus dipilihkan seperti saat Yang Di Atas sana mengirimkanku ke dunia ini, aku rasa akan lebih baik. Namun pilihan adalah salah satu pekerjaan utama saat kita diutus menjalani tugas kita di dunia, yang tak pernah akan habis untuk kita telusuri.
Seperti termakan dengan ucapan, pikiran dan tulisanku sendiri. Saat semuanya serasa masuk akal dengan analisa pemikiran canggih yang disajikan oleh otakku, dan saat semua bisa dimaklumi dengan rasa yang mampu menerbangkanmu, bahkan tanpa sayap sekalipun. Ternyata tak semudah itu menautkan keduanya. Sekali lagi, saat semuanya pada akhirnya terasa benar dan baik dari kedua sisi. Dan aku katakan padamu saat ini, aku mungkin akan memutar balikkan kemudi seratus delapan puluh derajat, karena pada akhirnya aku tetap akan memilih. Terbaik bagiku saat ini, kumenangkan logika itu, dan kubiarkan hatiku dalam status idle. Tak tahu sampai kapan.
Karena sakit itu tak ingin kurasakan lagi...
Rabu, November 26, 2008
Logika Yang Termenangkan...
Pikiran seorang Rufina Anastasia Rosarini pada saat 11.32
Kategori tulisan: Jurnal Hidup
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar