Minggu, Desember 28, 2008

Tik..Tok..Tik..Tok..

Tik...tok...tik...tok...

Bunyi jam dinding di kamarku serasa menyebalkan...
Lebih menyebalkan saat-saat ini...
Saat aku menyadari bahwa pergantian tahun sudah dekat...
Apalagi jika kesadaran itu, ditambah dengan rasa mual akibat memakan makanan dengan banyak MSG, yang membuat mata kantuk ini tak kunjung bisa membuat tubuh tertidur...

Jam itu akan terus berjalan...
Tak akan pernah habis...
Walau saat ia kehabisan energi sekalipun...

Yang sangat aku ingin ia benar-benar mati tak berdetik...
Tak menjadikan hari itu bagiku...
Selasa, 29 Juli 2008...
Tapi tak ada daya-ku memintanya berhenti...
Pun dengan lemparan batu yang memecahkannya berkeping-keping...

Detiknya harus terus berlanjut...
Membiarkan air mata, peluh menjadi teman setiaku...

Hingga hari itu...
Jumat, 21 November 2008...
Kuhabiskan 3 hari penuh cinta dengan sahabat-sahabatku...
Hingga bisa hapus semua luka...
Terganti dengan senyum, tawa dan canda...
Tak peduli jika itu hanya sementara...

Ternyata benar menyisakan cinta...
Saat ia meminta untuk mengizinkannya menikmati bintang biru di mataku...
Tak tahu sampai kapan...
Sampai aku benar-benar menemukan bintang biru yang aku cari selama ini...
Di binar mata seseorang...

Tapi untuk sekarang,...
Aku hanya ingin istirahat...
Sejenak menikmati segelas air atau secangkir mimpi yang tersuguh di depanku...
Sejenak berhenti bermimpi...

Walau kami berdua tahu...
Jejak langkah itu, sudah terlalu dalam untuk bisa dihapuskan...

Sabtu, Desember 27, 2008

Hadiah Natal?

Duduk di sebelahnya, saat ia mengendarai mobil, di tengah kemacetan jalanan yang menyebalkan, tiba-tiba ia bertanya padaku...

"Masih suka kangen ga sama dia?"

"Ha? Apa?"

"Ga, masih suka kangen ga sama dia?"

"Masih lah. Bohong kalo gue bilang ga kangen."

Pertanyaan berikutnya pun terlontar dari mulutku...

"Kenapa tiba-tiba elo tanya itu ke gue?"

"Ga, barusan aku ngerasa, pikiranmu tiba-tiba ke dia khan?"

"Tadi malem dia SMS gue."

Dan tak berapa lama, aku meraih ponsel-ku yang berisi SIM Card dengan nomor khusus yang hanya aku berikan kepada orang-orang tertentu. SMS itu pun aku tunjukkan padanya.

"Eh, apaan tuh. Ga keliatan. Bacain aja."

"Ah, males."

"Bacain aja, apa susahnya siy?"

Dan...

"Bayi kecil, maaf ya natal kali ini aku gak bisa kasih apa2. I can only offer you a big warm place in my heart for you. Forever yours."

"That's enough for me baby..I know all the things that we have so precious 4 us."

Memang, pada akhirnya aku akan membenarkan perkataannya saat itu...

"Siapa bilang posisi kamu tergantikan?"

Selasa, Desember 23, 2008

Cinta Terlarang...

Satu yang ada di benakku kala aku mencoba memikirkan dua kata tersebut.

"Bikin pusing."

Cinta itu sendiri sudah bisa membuat seseorang menjadi pusing, apalagi jika cinta itu dilarang. Bisa kamu bayangkan tidak, akan pusing seperti apalagi orang yang mengalami hal itu.

Cinta? Makhluk halus, sejenis lelembut, bagai jalangkung, yang datang tak diundang, pulang tak diantar. Ia datang dan pergi sesuka hati. Tak peduli waktu, tempat atau pun orang yang ia datangi. Apalagi berpikir tentang suku bangsa, ras, agama, usia, perjaka, gadis, duda, janda, bahkan jenis kelamin. Sama sekali ia tak peduli. Brengsek memang kalau dipikir-pikir, urusan cinta ini. Tak terlihat, tapi pasti sempat membuat kita pusing, bagai terserang vertigo tiada henti.

Sekarang, bagaimana dengan cinta terlarang? Terbukti paling ampuh membuat seseorang tambah kreatif. Mulai kreatif bohong, kreatif backstreet, kreatif mencari tempat jalan yang sepi, kreatif mencari seribu alasan untuk bisa bertemu, dan kreativitas-kreativitas lainnya yang sebelumnya kita pun tak mengira bisa melakukannya.

Namun pernah tidak kamu pikirkan sebelumnya, sebenarnya terjadinya cinta terlarang itu karena apa, siapa dan kenapa?

Apa penyebabnya, tentu faktor-faktor yang sudah aku sebutkan di atas, yang sama sekali tidak dipedulikan oleh cinta itu sendiri, tetapi SANGAT diperhatikan oleh orang-orang yang berada di sekitar orang yang sedang jatuh cinta.

Siapa yang melarang, pastinya orang-orang yang tidak setuju akan cinta yang terjadi dengan dilatarbelakangi kondisi-kondisi yang tidak dipedulikan oleh cinta. Dan tentu saja, bukan oleh orang yang menjalani cinta itu sendiri, karena jika di lubuk hati terdalam salah satu dari mereka merasakan bahwa cinta itu tak baik untuk dijalani, pastinya mereka sudah mundur seribu langkah.

Kenapa cinta itu dilarang? Menurutku, ujung dari semuanya itu adalah karena ada orang yang membiarkan cinta itu dilarang. Rela untuk dilarang. Pasrah terhadap larangan-larangan tadi. Dan orang itu adalah orang yang sedang dalam cinta tersebut.

Damn!!! Gubrag.

By the way, do you love pains? I do.

Jumat, Desember 19, 2008

Empat Kaki Di Savana...

Ia tahu bahwa dirinya tak berani menatap mata laki-laki itu sejak pertama kali ia jumpa, atau tepatnya semenjak mereka bertemu lagi. Di benaknya hanya ada kepasrahan, rasa canggung, bingung, ragu, nelangsa, dan tanda tanya-tanda tanya yang bertebaran, yang tak ingin ia bagi ke siapa pun, termasuk laki-laki itu.

Hanya 6 hari setelah pertemuan itu. Mereka berjanji untuk bertemu lagi. Keraguan itu lebih mewarnai wajah mungilnya. Dingin bagai es di kutub utara, ia hadirkan di tengah pertemuan kali itu. Berjarak 1 hingga 2 meter ia berjalan di depan laki-laki itu. Tetap tak berani ia tatap wajahnya, apalagi tantang pandangan matanya.

Pertemuan demi pertemuan mereka jalani. Hingga permintaan itu. Permintaan untuk boleh menikmati teduh binar mata mungilnya. Menyandarkan kepalanya sejenak dan beristirahat. Memintanya berjalan bersamanya di padang tandus bernama savana. Walaupun mereka berdua tahu, ini adalah savana kesekian kalinya yang mereka jalani dengan penuh kenekatan. Berharap mendapatkan kesenangan dari sakit yang tak kapok mereka hadapi. Padang tandus itu penuh duri tanaman perdu yang tak tahu diri tumbuh sesuka hati. Tak ramah terhadap pendatang yang ingin berjalan menentukan arah. Tak satu pun petunjuk arah ada di sana.

Namun, mereka berdua pun tahu, suatu hari nanti mereka akan berjalan sendiri. Lagi. Menuju arah yang berbeda. Kembali. Tak bertemu ribuan hari. Untuk kesekian kalinya.

Dan mungkin akan bertemu. Lagi.

Senin, Desember 15, 2008

Kenal dan Pahami...

If you do not want what I want, please try not to tell me that my want is wrong.

Or if my beliefs are different from yours, at least pause before you set out to correct them.

Or if my emotion seems less or more intense than yours, given the same circumstances, try not to ask me to feel other than I do.

Or if I act, or fail to act, in the manner of your design for action, please let me be.

I do not, for the moment at least, ask you to understand me. That will come only when you are willing to give up trying to change me into a copy of you.

If you will allow me any of my own wants, or emotions, or beliefs, or actions, then you open yourself to the possibility that some day these ways of mine might not seem so wrong, and might finally appear as right for me. To put up with me is the first step to understanding me.

Not that you embrace my ways as right for you, but that you are no longer irritated or disappointed with me for my seeming way wardness. And one day, perhaps, in trying to understand me, you might come to prize my differences, and, far from seeking to change me, might preserve and even cherish those differences.

I may be your spouse, your parent, your offspring, your friend, your colleague. But whatever our relation, this I know: You and I are fundamentally different and both of us have to march to our own drummer.

If a man does not keep pace with his companions, perhaps it is because he hears a different drummer. Let him step to the music which he hears, however measured or far away.


*Henry David Thoreau (in Please Understand Me II, 1998)*

Mudah-mudahan semua orang jadi bisa lebih mudah memahami orang lain...

Rabu, Desember 10, 2008

Lelahmu Jadi Lelahku Juga...

Minggu malam, 7 Desember 2008, tepatnya pukul 23.12, aku mendapatkan pesan singkat dari Mas Wawan.

"Karin dirawat di MMC td pagi. Aku br dgr dari shanty via fb."

Pesan singkat itu baru aku baca sekitar pukul 01.30 Senin dini hari, karena aku ketiduran saat meninabobokan keponakanku tercinta, yang aku 'culik' ke Malang, tentu tanpa kedua orang tuanya. Senin pagi ini pula, kami sekeluarga akan terbang kembali ke Jakarta. Senang sebenarnya. Sudah terbayang kembali berada di depan laptop tercintaku, dan kembali "hidup" di dunia maya selama berjam-jam.

Selama menunggu di bandara, aku pun sibuk berbalas pesan singkat dengan Mas Wawan tentang rencana hari ini. Dan akhirnya kami sepakat bertemu di Plaza Semanggi pukul 16.00, setelah urusanku membayar tagihan telepon seluler selesai. Dari Plaza Semanggi, kami langsung menuju Rumah Sakit MMC. Niat kami untuk pergi ke Pacific Place, akhirnya kami urungkan.

"Yakin nih Mas, kita boleh masuk, ga jam bezoek?"

"Kalo ga boleh, gue buat boleh ntar."

"Ok."

Kami berdua langsung menuju lantai 3, tempat sahabat kami dirawat. Jam di tanganku menunjukkan pukul 16.30. Sesaatku membuka pintu. Aku tak percaya sama sekali apa yang aku lihat. Sahabatku terbaring lemah, dengan tatapan mata kosong, berpeluh keringat tanpa henti, dan tangan kanan yang mengalami tremor. Suaminya, Yudha tampak panik tak terhingga, apalagi sebelum kami berdua datang, ia sedang menunggui Karin seorang diri. Kami bertiga pun sibuk memanggil-manggil Karin, ia pun merespon dengan sangat lemah. Suaraku pun tak dikenalinya. Yudha seketika memanggil perawat melalui bel yang berada di samping tempat tidur. Dokter jaga pun kemudian datang, dan memeriksa kondisi Karin.

Kami biarkan dokter itu memeriksa, ditemani oleh Yudha dan dua perawat. Aku dan Mas Wawan duduk manis di sofa yang berada di sana. Tirai yang dibuka, membatasi pandangan dan pendengaran kami terhadap hasil pemeriksaan tersebut. Hingga akhirnya dokter menarik Yudha menjauh dari Karin.

Aku sudah mencium ada suatu ketidakberesan di sana. Aku biarkan mereka berdua berbicara, hingga penilaianku bahwa dokter sudah hampir selesai berbicara dengan Yudha, dan rasa penasaranku yang sudah tidak terbendung, baru aku kemudian mendekati mereka berdua. Mas Wawan yang tadinya masih duduk di sofa, kemudian menyusulku mendekati dokter dan Yudha. Tak lama kami berempat berdiri di depan pintu kamar, hingga perawat memanggil, "Dok, sudah merespon, sudah kembali."

Kepanikan kami yang berada di ruangan itu, terganti dengan rasa lega. Yudha tak tahan menahan air mata dan memeluk istri tercintanya. Tatapan mata itu sudah kembali menggapai segala sesuatu di sekitarnya. Dan begitu ia melihatku berdiri di sampingnya...

"Eh, ada anak monyet."

"Kurang ajar. So you didn't know that I'm here?"

"No."

"Apa siy 'Rin rasanya?"

"All white. Terang."

Tanganku memijat telapak tangan sahabatku itu. Mas Wawan pun melakukan hal yang sama pada telapak kakinya.

Karin tak berhenti menatapku. Hingga aku pun berkata padanya.

"Kenape lu, takjub liatin gue? Jangan buat kita panik lagi ya, Non."

"Ga, gue belum iseng aja. Liat elu jadi inget gue. Gue belum aja tuch ngasih tau temen gue yang satu lagi kalo gue opname."

"Rully 'dah gue sms kok 'Rin, tapi belum reply aja. Begitu tadi malem gue baca sms dari Mas Wawan, langsung gue forward."

"Gue sangat beruntung dikelilingi teman-teman yang pinter memijat. Dari panti pijat tunanetra mana Mas?"

Ah, senangnya Karin sudah bisa kembali bercanda di tengah-tengah kami. Senang, akhirnya kami bisa melihat tawanya kembali setelah ia sempat membuat kami panik selama kurang lebih 15 menit tadi. Mas Wawan pun kemudian menanggapi canda Karin tadi.

"Hmmm, saya dari panti pijat Rindu Order, Bu."

Makan malam untuk sang pasien pun tak lama terhidang. Aku kemudian menyuapi Karin. Baru suapan yang ke-2, dokter spesialis syaraf pun datang. Meminta Karin bercerita tentang apa yang dirasakan. Termasuk semua keluhannya. Aku dan Mas Wawan kembali menjauh, kembali duduk manis di sofa. Dari tempat duduk kami, aku tahu Karin bercerita dengan sangat jelas, baik dari suaranya maupun dari jalan ceritanya. Tak terlihat ia sedang sakit saat bercerita pada dokter.

Setelah dokter meninggalkan ruangan aku pun kembali berdiri di samping tempat Karin terbaring, untuk meneruskan menyuapinya. Suapan ke-3 berhasil ia telan. Namun aku kembali melihat tanda-tanda ketidakberesan lagi. Suapan ke-4 aku masukkan ke dalam mulutnya, belum selesai ia mengunyah, ia kembali lemas dan tremor.

Seketika itu juga aku letakkan piring yang aku pegang, di atas meja. Kemudian berlari ke luar ruangan kamar, menuju meja perawat. Dokter yang tadi memeriksa Karin, ternyata masih ada di sana. "Dok, Karin 'kayak tadi lagi."

Kami akhirnya sibuk memanggil-manggil Karin lagi, berusaha untuk menyadarkan ia. Namun dokter bertindak lain.

"Sus, kasih valium aja."

"Berapa Dok?"

"Yang 5 mg aja."

Seketika tremor di tangannya hilang. Dan ia pun kembali tertidur. Peluh kembali keluar dari sekujur tubuhnya. Akhirnya dokter memutuskan untuk mengambil tindakan c.t scan terhadapnya. Aku lihat walaupun Karin tertidur, tapi otaknya masih bekerja dengan baik. Tangannya masih berusaha menyeka wajahnya yang penuh keringat. Aku pun kemudian mengambil handuk kecil yang tadi dipakai Yudha untuk menyeka wajahnya. Perawat pun kemudian menyiapkannya untuk diambil tindakan c.t scan. Yudha yang terlihat kembali panik menghampiriku..

"Temenin gue c.t scan donk."

"Ya, iya lah 'Dha, masakh kita berdua ninggalin elu."

Kami bertiga pun menemani Karin untuk menjalani pemeriksaan c.t scan. Selama Karin di dalam, kami bertiga menyempatkan diri menghirup udara di luar rumah sakit. Beristirahat sejenak, terutama untuk Yudha. Ia sempatkan sedikit mencurahkan segala rasa yang ada di hatinya saat itu. Aku yakin, perasaannya kali itu tak karuan. Menyebabkan air mata tak kuat lagi ia bendung saat ia merangkul Mas Wawan.

Istirahat kami saat itu, ditemani dengan sebatang hingga 2 batang rokok. Dan tak lama kemudian aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 18.30. Sebentar lagi waktunya makan malam. Melihat kondisi Yudha, yang sepertinya sudah tidak memikirkan dirinya sendiri lagi, aku dan Mas Wawan kemudian pergi ke Pasar Festival untuk mencari makan malam, baik untuk kami berdua, juga untuk Yudha, dan mamanya yang rencana datang malam ini.

Setelah kami berdua selesai makan, kami berdua segera kembali ke Rumah Sakit. Saat kami di dalam elevator, dan pintu elevator itu sedang terbuka di lantai sebelum yang kami tuju, kami melihat perawat yang tadi membawa Karin ke ruang c.t scan sedang berdiri di depan pintu elevator. Langsung saja aku tanya padanya.

"Sus, Karin 'dah selesai c.t scan?"

"Sudah, sekarang dipindahin di ICU. Di lantai sini."

Sekeluarnya kami dari pintu elevator itu, kami langsung melihat Yudha, yang sudah ditemani oleh mama tercinta. Wajahnya kembali panik, kacau, bingung tak karuan. Tanpa perlu bertanya bagaimana hasil c.t scan Karin, ia pun sudah mengatakannya padaku dan Mas Wawan.

ICU, Intensive Care Unit, tempat yang meninggalkan memori pahit, kembali aku lihat, walau berbeda rumah sakit. Perjuanganku ikut membantu mengupayakan papa bisa bertarung dari sakit jantungnya tahun lalu masih tersimpan dengan rapi, cantik dan tak bercacat di bagian memori otakku. Kali ini sahabatku yang harus merasakan tinggal dan dirawat secara intensif, tanpa lepas dari pengawasan dokter, di ruangan itu.

Satu yang aku minta,...

Aku ingin Karin kembali sehat, bisa berkumpul dan tertawa lagi di tengah-tengah keluarga dan teman-temannya. Dan semoga semua kenalannya, dan bahkan semua yang mampir dan membaca tulisanku ini, berkenan dan tidak lepas mendaraskan doa untuknya...

Wahai Tuhan, Jangan Bilang Lagi, Itu Terlalu....Tinggi....

We all love you 'Yin, please be tough honey, our prayers always for you...

Jumat, Desember 05, 2008

Perjalanan # 1

A & B sama-sama memakai pakaian atasan bewarna hitam. Sama-sama berlengan panjang. Mereka bertemu di Starbucks Oakwood. Tentu setelah jam kantor usai.

Saat itu, kalau tidak salah hari Selasa. Semua sesuai dengan apa yang direncanakan hanya dengan teknologi pesan singkat, kecuali masalah waktu bertemu. Awalnya mereka berencana bertemu tepat pukul 17.00, akhirnya mulur hingga pukul 18.00, karena perjalanan yang harus ditempuh oleh B dari daerah Bunderan HI sedikit tersendat.

Sesampainya B di Oakwood ia berbelanja sebentar di Ranch Market, dan akhirnya memesan minuman favoritnya di Starbucks. Ia cuma duduk diam di tempatnya. Menunggu A. Menunggu dengan penuh keraguan. Penuh dengan tanda tanya besar di kepalanya, apakah semuanya ini tepat atau tidak, ataukah dirinya siap untuk menantang bahaya yang jauh lebih besar lagi atau tidak.

Saat A tiba dan menghampiri, tak ada cium pipi kiri dan kanan seperti biasa saat B bertemu dengan hampir semua teman-temannya. Pandangan mata yang dingin, dan gaya bicara yang ketus, semua ditampilkan untuk menutupi semua keraguannya.

Setelah A & B menghabiskan seluruh makanan dan minuman, atau setidaknya sudah merasa kenyang, mereka berdua menuju salah satu gedung di dekat tempat pertemuan mereka itu. Menuju ke parkiran, tempat salah satu dari mereka memakirkan mobilnya. Dan akhirnya mereka melaju ke pusat perbelanjaan, di bilangan SCBD, yang sebenarnya pusat belanja favorit salah satu di antara mereka. Dan setahun ini, sering ia habiskan waktunya di tempat itu dengan seseorang. Namun itu dulu, yang berarti tak lagi.

Sesampainya di pusat perbelanjaan itu, tempat yang langsung dituju adalah lantai 6. Bioskop besar dan ternama ada di sana.

"Sial, sebel banget aku tempat ini."

Memori pahit membuat salah satu mereka sedikit nestapa. Ya, walaupun obat itu pahit, tetap harus diminum bukan?

Akhirnya mereka berdua membeli tiket Quantum of Solace. Film yang memang belum sempat ditonton oleh mereka berdua. Jam pertunjukkan yang mereka pilih, adalah pukul 21.30. Bisa dipastikan mereka akan pulang malam, larut malam, yang sebenarnya dulu sulit sekali dilakukan oleh salah satu dari mereka.

Menunggu waktu hingga jam pertunjukkan tiba, mereka berkeliling pusat perbelanjaan itu. Seperti tak ada tujuan hendak ke mana. Setelah mereka berdua lelah berputar-putar, akhirnya mereka memutuskan untuk duduk di sebuah kedai kopi. Hanya untuk melepas dahaga dan menghisap rokok sebatang, dua batang.

Saat duduk di sana, mereka berdua lebih sering sama-sama diam. Tak ada cerita istimewa yang mereka bagi. Yang satu hanya duduk membaca sebuah majalah, yang satu sibuk dengan sebuah blackberry di tangan, yang diutak-atiknya, untuk mengintip tulisan-tulisan seseorang di situs miliknya. Yang pada akhirnya ia mencoba untuk mendukung orang itu memberanikan diri menjadi seorang penulis. Menurutnya, bakat menulis orang tersebut tinggal perlu sedikit saja diasah.

Hingga hampir mendekati pukul 21.30, mereka berjalan menuju gedung pertunjukkan film yang akan mereka tonton. Dan hanya ada 3 pasang manusia yang menonton film itu, termasuk mereka berdua.

"Brrrrr, dingin."

"Mau aku peluk?"

Tawaran itu ditolak hanya dengan sebuah gelengan kepala. Dan itu hingga akhir film.

Mereka pun akhirnya pulang. Ada seseorang yang memang harus diantar terlebih dulu, sebelum yang satunya pulang ke rumah. Jauh sebenarnya, namun lengangnya jalanan Jakarta malam hari membuat jarak yang di tempuh hanya membutuhkan waktu 20 menit. Hingga keduanya bisa istirahat dengan nyaman di rumah masing-masing.

Persepsi Bebas # 4

B: Just woke up
A: Hi sweetie.. welcome back from dreams
B: Hi..just opened facebook n got reply from him, n it made me cry
A: Cry if it makes u feel relieved dear
A: Just read it. N replied. Brief though. Be strong sweetie. U still hv wings...

B: Having lunch already?
B: Busy?
A: Just finished interview outside. Otw back to office
B: Okay. Lunch already? Miss me? I'm so sleepy n having a headache.
A: Back to office. U badly need rest sweetie. Don't go if u r not ok this aft
B: No, i just need pain killer 2 kill this migrain, n c u tonite. Dnt worry migrain is my close friend since long ago. But will be late 2 be there..how's that?
A: Ok with me hon. Rest now. Miz u

B: Tol kb. Jeruk lancr bgt. Bentar lg mask tol dalam kota..meet u @ oakwood? Bs ontime ga?
A: Will leave office at 5 sharp then. Will we go direct or stay oakwood first?
B: Up to u
A: Lets hv coffee at starbucks first then
B: Ok..meet u there

B: Gila lancr bgt. Dr rumah cm 30 menit. Jalanan kayak jakarta pas lebaran. Nw aku dah di dpn plangi.
A: Tahu kl dewi lelah mimpi mau lewat....

B: Starbucks penuh damn
A: Di loewy blh
B: Ok

B: Lemme know when u r home babe.. Miz u aready..hugs n kisses 4 u
A: I will sweetie. Hv enough rest. Hope ur migrain is gone.
B: Love u mr than yesterday..
A: More n more tmrw? Am home safely.
B: Buset cepet amat...More and more 2morrow..
A: Thx 4 d company. I do hope so.

B: Kita hr ini ga usah chatting dulu ya. Biar bsk kangennya bnyk..hehehe..bsk kalo aku plu your driver boleh ya? Nanti aku bilang ya.
A: sure luv. bsk sp siang my driver masih di bengkel pdk indah
B: Wah dkt..ntar aku blg ke kamu ya.. xoxo ..

B: Sayang..miz u
A: miz u too so much sweetie

Rabu, Desember 03, 2008

Persepsi Bebas # 3

B: yes..
B: i want you to revise that..
B: deep inside my heart....i know i like it..
A: what good does it do?
B: tapi kalo elu ngga bisa me-revise ya tak apa juga
A: ya kalau tak apa jua gak usah kita revisi
B: kayak yang kamu bilang..
B: yang terbaik menurut hati gue atau otak gue?
B: which one?
A: u decide for urself. nobody else can
A: u haven't answered my question abt what good does it does. the revision
A: apa ada kebaikannya jika direvisi
A: apa bagusnya
B: oooooo
B: my heart said it's good to be revised..
B: my brain said...it's good too...if we're ready to face those pains again...in the future...
A: are u ready to face the pain? that's the key
B: i know...
B: just like what you said..
B: actually i love those pains rite?
B: you said so?
A: yes true. i said so. so u r ready then?
B: i do
A: me too
B: so?
A: if u really ready to face the pains, i will revise it
B: i said i do..
B: so revise it then..
A: i will
A: welcome to the mad house....
B: thanks..
B: another mad house i found..
B: been there done that..
B: walaupun levelnya ngga sama..
B: and sekarang jauh lebih berat..
B: and lebih seruu..
A: hopefully lebih enjoyable too
B: pasti..

A: now i can tell u. i wrote that note for u. that's what i really feel deep inside
B: i know it dear..
B: i know that was for me..
B: i know that you lied to me..
B: said that note was not for me..
B: do u think that i'm stupid..
B: can not read between the lines..
B: come on..
A: of course i know that u will know dear
A: it's very clear. been years n years i never write anything. a poem especially.
B: trust me i knew it from the first time i saw that note
B: thats for me
B: gue tau kok ada seseorang yang nawarin air putih ke gue...tulus...dan gue sebaiknya berenti berjalan di savana itu lagi...
A: yes i know for sure. i simply wrote what i felt inside. it is confusing i guess but that's it. that's what i feel. longing for your voice, your touch, the pain you will bring to me, etc etc.
A: walk with me in the savana sweetie...
B: will do
A: honestly kau pasti ketawa baca notes itu kan?
A: kacau banget
B: kenapa mesti kecewa?
A: ketawa
B: nope..
B: kacau bagian mananya?
A: everything in it.
A: even the language i used
B: sedikit berbelit2 bahasanya
B: tapi gue tau maksudnya apa kok
A: that's the language of a real introvert....
A: can't express what's inside
B: so true
B: very true
B: semuanya implisit
A: thank God smbody msh bisa digest
B: ya..
B: and somebody itu gue..
A: yes
B: so?
A: take it as the first stupid poetry u ever receive
B: okay..
B: tapi tetep gue ngga liat itu stupid siy
A: that's what i felt when coming back from taking you home semalem.
A: i closed my eyes n tried to sleep but what i got is ur remnants around my house
A: sisa2 bayanganmu
B: aaaa so sweet..
B: heheehhehe
A: makanya. stupid kan?
B: apanya yang stupid siy?
B: ngga ada gitu?
B: masih takjub loo gue..
B: dari sekian banyaknya orang yang dateng ke elooo..
B: nawarin air putih itu..
B: elo pilih gue...
B: yang ngga bawa apa2...malah
A: justru krn lu ga bawa apa2 kali gue jadi suka
B: bawa sesuatu siy..
B: my crying face actually
B: hehhehehe
B: if she asks you..
B: what are you going to say?
A: i will say you miss my comfi couch
B: monyet
A: ha ha ha
B: serius niy gue
A: she misses that couch coz smbody from the wonderland sit on it n comfort her
B: that's all about me..
B: how about you?
A: and that somebody from the wonderland find a peaceful blue lake in her eyes
A: with thousans of streams flowing out from it where he can wash his weary feet

B: btw...
B: bayanganku masih di rumahmu?
A: still
B: bayangannya ngga bisa ditangkep?
A: i don't wanna catch your shadow
B: kenapa ngga mau nangkep?
A: kesian ntar terpenjara.

B: ma kasi ya dah bikinin gue puisi..
B: sori banget tadi ngga bisa ketemu..
A: ada yang bilang besok n lusa sih
A: itupun kalau tdk berubah pikiran
A: jam 5 an ok sih
B: terus mau kemana ya?
A: jam brp ktm disana?
B: be there around 5

A: another sugesstion: when u wanna go with anybody n leave me. please tell me honestly.
B: yupe
B: itu juga...
B: will dooo....
B: promise you..
B: elu perlu tau gue kmana dimana sama sapa?
B: tiap saat tak?
A: thanks. no need. tell me when u start thinking of somebody else and considering a more serious relationship
B: cuma perlu itu..?
A: dont lie to me coz usually i always find out
B: gue masih boleh pergi ama sapa pun?
B: no need to tell u?
A: i need to tell u this coz trust me i dont want to hate u because of lies. u can go for friendship sure. i leave it to u whether or not to let me know. i want u to grow up and become a mature girl.
B: okay
B: good
A: u know what? i know someday u will leave me.
B: i know that also
B: i have that kind of quality...
B: dari dulu...
A: when that happens i hope u have made progress. personality wise.
B: will do..
B: it's the time though
A: anything u want me to do?
B: satu lagi..
B: your angels?
B: gue ga mau di BTin ama mereka
A: considering all your situations you told me, let them know that we are friends, good friends. kecuali we have future. otherwise malah jadi BT semua.
B: sip
B: agreed
B: jangan memperburuk keadaan..
A: and i told u abt my ex yg kadang msh minta tolong aku soal kerjaan kan?
B: no need to worry
A: tadi dia sms mau minta tolong dibantu krn tgl 12 dia presentasi besar.
B: ngga masalah sama sekali...
B: go ahead
B: you r her mentor anyway..
A: thanks. i dont want you to think of smthg not right.
B: ga juga kaliii..
A: yes i am her mentor
B: santai..
B: i know your quality..
B: kalo pun kalian mau aneh2...gue ngga bakal tau...
B: gue cuma percaya omongan mu ajah..
B: i know your quality...
A: thanks sweetie.
A: but i feel strange honestly. never have this kind of relationship in my life
B: apa pun pasti ada pertama kalinya khan?
B: ya gak?
B: but tell me, you dont like it?
B: dan elu kecewa?
A: honestly... sedih
B: aduuuhhh..
B: u dont want it?
B: kalo ngga juga ngga papa ..
A: lets give it a try
A: i will tell u what i feel after sometime
B: yeah i know..
B: that's part of pains yang udah kita sanggup hadapin ga siy?
B: ya

B: do you see that we have future?
A: i see it but you don't
B: huh?
B: really?
B: how come?
A: yes but u will never believe
B: tell me
A: i don't know honestly how
B: tell me
B: what did you see
A: if i know i will tell you for sure
B: that we are going to be together?
B: in marriage or something like that
B: ?
A: yes
B: so i hurt you now
A: very much. i feel like crying now
B: what should i do
A: but it's my ego hurts
A: nothing
B: lebih baik gue ngomong dari awal ngga siy?
A: yes. i appreciate it dari awal.
A: it's all coz segila apapun aku i know didalam aku halus sekali
A: dan yang paling membuatku sedih...
A: adalah kayaknya masih jauh kau akan menjadi matang... sedih banget. banget. banget...
B: gue ngga tau harus jawab apa
A: i have a meeting tomorrow at 8. can it be excused now sweetie?
B: mau off dulu?
A: yes unless u have smthg to say.
B: no...
B: bobokh gih...
A: tell me one thing before i sleep. you don't love me, right?
B: gengsi gue lagi menutupi..
B: but somehow...saat gue lagi bengong or malah lagi ngga mau pikir apa2..
B: that feeling comes up
B: so i'll answer...not yet...but i will
B: *mendingan gue ngga boong khan?*
A: thanks a lot. i appreciate your frankness.
B: again it hurts you rite?
A: it does. but i am not a kid anylonger. pain has been my close friend since long ago
B: okay...
B: sleep tite tonite...
B: lets walk to that mad house together..
B: don't we?
A: let's explore the wild, weird n mean world. walk with me. dream with me. n search for a glass of water together.
B: will do darl...
B: nite2..
A: i love u if only u know
B: i know it..
B: i know that you lied to me also ..
B: by saying it's only an affection...
A: my affection to u is as big as my love. i am not lying. if i have to choose i prefer to give u the affection
B: :)
B: ya udah..gih tidur...meeting jam 8 khan? ntar telat lagi...
A: ok. my BB YM is online in case u can't sleep n want to drop me some notes. sleep tight babe...
B: you too darling
A: lots of kisses....

A: God I feel like hell tonight.....

Selasa, Desember 02, 2008

Curhat Buat Sahabat...

"Senen aku mau cuti. Mau nemenin?"

Ya, kira-kira itu salah satu obrolanku di Yahoo Messanger dengan seseorang beberapa waktu yang lalu.

"Salah. Harusnya nanyanya 'ga gitu. Harusnya, temenin yuk!"

Dan akhirnya Senin ini, kami pergi. Rencana sempat berubah beberapa kali. Dan akhirnya kami berjanji bertemu di Pondok Indah Mall II. Kami berdua belum sarapan, dan saat itu juga sudah waktunya makan siang. Sudah bisa dipastikan perut kami berdua sudah minta diisi makanan. Shabu Tei, restoran yang kami pilih. Dan Sukiyaki adalah menu andalanku, sejak pertama kali aku mencoba makanan di restoran ini.

Setelah makan, kami sempat berkeliling pusat perbelanjaan tersebut. Menemaninya mencari barang yang belum juga ia temukan di tempat ini. Kami pun akhirnya pindah tempat. Menuju Senayan City. Berkeliling sebentar, menemukan barang yang ia inginkan, dan perjalanan di Senayan City pun kami akhiri dengan menikmati kopi di salah satu kedai kopi di sana.

Sekitar pukul 16.15, kami meninggalkan Senayan City, dan menuju Fantasy Land-ku tercinta. Lagi, untuk ke-2 kalinya. Kembali berada di tempat yang sama. Ditambah dengan iringan dahsyat lagu Curhat Buat Sahabat yang dinyanyikan Dewi Lestari, yang memang diatur untuk diputar berulang-ulang secara otomatis; dan nyala lampu yang hanya berasal dari ruang makan dan kamar yang pintunya sengaja dibuka.

Dan Curhat Buat Sahabat sesungguhnya kembali dimulai. Tentangku. Tentang dirinya yang tak lagi denganku. Tentang kami, yang tak lagi bersama. Cerita itu mengalir bagai membuka halaman demi halaman novel yang dijual bebas. Bagai membuka lembaran-lembaran topeng seribu wajah yang selalu aku kenakan.

Namun, aku juga tahu sesuatu akan terjadi di sana. Bahkan sebelum kaki-kaki ini melangkah dan bertemu, di sana. Rasa itu ada, setidaknya di sana. Rasa itu muncul saat langkahnya bertemu langkahku. Satu pertanyaanku...

"Kenapa gue sih?"

"Dunno."

"Jadi gue yang ngebawain segelas air itu ke elo?"

"Gak. Bukan segelas air, tapi segelas mimpi."

Wahai Tuhan, jangan bilang lagi, itu terlalu tinggi...