Selasa, Desember 02, 2008

Curhat Buat Sahabat...

"Senen aku mau cuti. Mau nemenin?"

Ya, kira-kira itu salah satu obrolanku di Yahoo Messanger dengan seseorang beberapa waktu yang lalu.

"Salah. Harusnya nanyanya 'ga gitu. Harusnya, temenin yuk!"

Dan akhirnya Senin ini, kami pergi. Rencana sempat berubah beberapa kali. Dan akhirnya kami berjanji bertemu di Pondok Indah Mall II. Kami berdua belum sarapan, dan saat itu juga sudah waktunya makan siang. Sudah bisa dipastikan perut kami berdua sudah minta diisi makanan. Shabu Tei, restoran yang kami pilih. Dan Sukiyaki adalah menu andalanku, sejak pertama kali aku mencoba makanan di restoran ini.

Setelah makan, kami sempat berkeliling pusat perbelanjaan tersebut. Menemaninya mencari barang yang belum juga ia temukan di tempat ini. Kami pun akhirnya pindah tempat. Menuju Senayan City. Berkeliling sebentar, menemukan barang yang ia inginkan, dan perjalanan di Senayan City pun kami akhiri dengan menikmati kopi di salah satu kedai kopi di sana.

Sekitar pukul 16.15, kami meninggalkan Senayan City, dan menuju Fantasy Land-ku tercinta. Lagi, untuk ke-2 kalinya. Kembali berada di tempat yang sama. Ditambah dengan iringan dahsyat lagu Curhat Buat Sahabat yang dinyanyikan Dewi Lestari, yang memang diatur untuk diputar berulang-ulang secara otomatis; dan nyala lampu yang hanya berasal dari ruang makan dan kamar yang pintunya sengaja dibuka.

Dan Curhat Buat Sahabat sesungguhnya kembali dimulai. Tentangku. Tentang dirinya yang tak lagi denganku. Tentang kami, yang tak lagi bersama. Cerita itu mengalir bagai membuka halaman demi halaman novel yang dijual bebas. Bagai membuka lembaran-lembaran topeng seribu wajah yang selalu aku kenakan.

Namun, aku juga tahu sesuatu akan terjadi di sana. Bahkan sebelum kaki-kaki ini melangkah dan bertemu, di sana. Rasa itu ada, setidaknya di sana. Rasa itu muncul saat langkahnya bertemu langkahku. Satu pertanyaanku...

"Kenapa gue sih?"

"Dunno."

"Jadi gue yang ngebawain segelas air itu ke elo?"

"Gak. Bukan segelas air, tapi segelas mimpi."

Wahai Tuhan, jangan bilang lagi, itu terlalu tinggi...

0 komentar: