Selasa, Juni 02, 2009

There Is No Try...

Berada di kursi itu, berarti saya telah setuju untuk mengerjakan tanggung jawab apapun yang akan saya hadapi kelak. Bukan suatu hal yang mudah, juga bukan hal yang terlalu sulit untuk saya. Saya yakin, saya mampu menghadapinya, dapat menguraikan baik ujung ataupun pangkal dari segala hal yang masih berada di “negeri antah berantah” alias masih sangat tak teratur.

Tak tahu mengapa, dari hari ke hari saya menjadi semakin yakin, bahwa saya adalah termasuk orang masokis. Rasa sakit, yang sering diperhalus dengan istilah tantangan memang selalu saya cari, dan saya setujui untuk menjadi “teman dekat” saya.

Keputusan untuk keluar dari kantor terdahulu, mencengangkan banyak orang.

“Ya ampun ‘kan sayang. Udah kerja lama di bank gede, gaji enak, terus keluar. Sekolahnya ngga bisa disambi apa? Nyari kuliah malem lah.”

Itu belum seberapa. Mereka akan semakin tercengang saat saya menambahkan satu informasi lagi, saat perbincangan semacam ini, dulu terjadi.

“Iya Tante, Psikologi jarang yang kuliah malem deh. Jadi emang harus ngorbanin salah satu, dan aku memang ‘dah niat.”

Dan selanjutnya…

“Kamu ngambil apa? Psikologi? Kok ngambil itu, kenapa? Psikologi ‘kan susah, berat, apalagi Psikologi kampus yang kamu pilih itu.”

“Gak papa lah Tante, kalo diniatin semuanya jadi ngga berat kok.”

Semua keputusan saya saat itu, benar-benar tak ada yang bisa mengubahnya, sekalipun orang tua saya. Mereka tahu persis anak perempuan mereka ini adalah manusia yang keras kepala, walaupun berbagai alasan telah mereka uraikan, termasuk kekhawatiran mereka tentang masalah finansial yang mungkin nanti akan merepotkan saya.

Empat setengah tahun bergelut di dunia seru nan “laknat” bernama psikologi itu memang tak dipungkiri terkadang saya rasakan berat dan menyakitkan. Apalagi saat saya harus tertimbun dengan tumpukan tugas-tugas kuliah yang berhasil menjadikan saya serupa dengan kelelawar, maling, hantu, ataupun PSK (Pekerja pSycho Komersil) jika dilihat dari jam kerjanya, walaupun komersial yang dimaksud pada istilah terakhir adalah komersial untuk mencari nilai yang bisa dijadikan bekal kelak untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar komersial dan halal.

“Gubragg. Ampun dah jam 5 pagi, dan belom tidur sama sekali. Tidur setengah jam dulu lah, abis itu mandi and brangkat ngampus.”

Atau…

“Anjrit, dah 3 kali gue denger adzan subuh, tapi nih mata belom merem sedetik pun.”

Pasti banyak yang tak percaya, saya bisa tiga puluh enam jam tidak merebahkan tubuh di atas ranjang, apalagi tidur, tapi itu benar-benar terjadi, saat saya harus menyelesaikan skripsi.

Namun semua lelah itu terbayar sudah dengan kembalinya saya ke "rumah" yang penuh cinta pada hari itu juga, dan nilai A di tangan beberapa hari kemudian seselesainya saya sidang.

Perjalanan seorang masokis tak berhenti di situ. Rasa sakit lainnya ternyata masih saya cari, bahkan saya setujui dengan berada di tempat kerja saya sekarang ini, sebagai "tukang sapu" atau "tukang bebenah", dengan segudang "PR" yang harus saya kerjakan, dan setumpuk rangkaian "benang kusut" yang harus saya cari ujung dan pangkalnya.

Mungkin saya hanya butuh beberapa keberuntungan. Dan saya sendiri yang akan membuat keberuntungan itu menjadi milik saya, bukan milik orang lain.

Do or Do Not, There is No Try (by: Yoda)

1 komentar:

PEI mengatakan...

mantab bu...to the max =D