Kamis, Maret 05, 2009

Day 1 With My Karin In Singapore...



Akhirnya hari ini, 4 Maret 2009, aku berangkat juga menemani Karin ke Singapura. Rencana ini sempat tertunda beberapa kali, karena aku juga harus menyelesaikan sidang skripsiku yang sudah beres 26 Februari 2009 lalu.

06.30 pagi aku bertemu Karin dan Yudha, juga Bu Siti (perawat Karin) di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Sumpah aku kangen sekali dengan kakakku yang satu ini. Terakhir kami bertemu Desember lalu, di antara sadar dan tidak sadarnya Karin, saat awal-awal pertarungannya melawan penyakitnya ini.

Dari jauh aku sudah tahu ia sedang memperhatikan aku, yang sedikit berlari menghampirinya. Tanpa basa-basi, aku pun langsung mencium kedua pipinya, sambil berkata padanya "Apa kabar, Sayang? Kangen deh."

Karin tak berhenti menatapku, saat aku sedang berbicara dengan Yudha. Lalu tak lama kemudian di sela-sela perbincanganku dengan Yudha, Bu Siti berkata pada Karin...

"Siapa itu Bu? Siapa yang baru datang?"

Karin menatapku. Lama sebelum ia memberikan respon atas pertanyaan si ibu tadi. Dan tak lama aku pun mendengar balasan darinya...

"Orang gila."

"Hah, dia ternyata masih mengenalku dengan baik.", pikirku saat itu.

Itulah panggilan sayangnya kepadaku selain "Anak monyet" yang ia ucapkan saat ia tahu aku di sampingnya, saat ia tersadar dari ketidaksadarannya, Desember lalu, di MMC, Jakarta.

Urusan periksa masuk pesawat pun akhirnya beres. Kami bertiga, aku, Karin dan Bu Siti, siap terbang ke Singapura.

"Jalan-jalan kita ya, Rin. Nanti abis selesai, kita ke Takashimaya aja ya?"

Sampai di Singapura tepat waktu, 10.20 waktu Singapura, pesawat kami sudah mendarat dengan sempurna di Bandar Udara Internasional Changi.

Dari sana, kami langsung menuju rumah kost kami yang letaknya tepat di depan pintu masuk bagian belakang rumah sakit Mount Elizabeth. Kami bebenah sebentar sebelum aku mengantar Karin ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan darah.

Pemeriksaan darah di rumah sakit tak memakan waktu lama. Aku kemudian membawanya kembali ke kost, agar ia bisa istirahat. Sekitar pukul 14.00, aku kembali mendatangi rumah sakit, ke klinik tempat dokter yang biasa merawat Karin, untuk menanyakan hasil pemeriksaan darah. Dan perawat di sana mengatakan:

"No, no, i haven't got the result yet. Can u come back here in one hour, hour and half. You have local number? Just leave it to us."

"Ya, i have, but unfortunately i don't know the number, can i call to your phone or..."

Lalu aku pun meninggalkan nomor telepon lokal milik Yudha, yang aku bawa.

Kebetulan rumah sakit ini tak jauh dari pusat perbelanjaan. Jadi, aku memutuskan untuk berjalan-jalan seputar Orchard Road. Namun tak lama kemudian aku menerima telepon, yang aku tahu bahwa itu telepon dari rumah sakit.

"Hai, Rosa, this is from Doctor Pritam's Clinic. I've got the result, and Doctor thinks she needs an injection. Can you bring Karin to the clinic."

"Okay. But Karin is still sleeping at boarding house. Takes 15-30 minutes to get there."

"No, no, no problem."

Aku pun kemudian berjalan menuju ke rumah kost. Sesampainya di sana, aku melihat Karin masih tidur, ditemani oleh Bu Siti. Lalu aku sampaikan pada Bu Siti, bahwa Karin perlu diberikan injeksi.

"Suntikan yang biasanya bukan?"

"Susternya ngga bilang."

"Coba tanyain deh, kalo yang biasanya, ambil suntikannya aja ke sini, aku bisa ngelakuinnya."

"Oh, okay."

Tak berapa lama, aku pun menelepon ke klinik, dan ternyata benar bahwa suntikan yang harus diberikan pada Karin adalah suntikan untuk menaikkan jumlah sel darah putih, yang biasa diberikan padanya. Akhirnya, aku pun kembali ke rumah sakit untuk mengambil suntikan itu, dan setelah itu langsung kembali ke rumah kost, agar Karin bisa langsung diberikan injeksi.

Setelah itu, aku memutuskan untuk istirahat. Tidur di sebelah Karin. Waktu 2 jam, aku rasa cukup untuk tidur siangku hari ini. Pukul 17.00 aku sudah bangun, tetapi aku melihat Karin dan Bu Siti masih tidur.

"It's time for me to prepare the dinner for the three of us."

Tanpa pamit, aku pun langsung menuju ke Paragon, mencari makanan langsung jadi. Namun di tengah aku berjalan, aku memutuskan untuk masak khusus untuk Karin, lebih sehat dan terjamin sepertinya. Menu hari ini adalah Ayam Brokoli Jamur Champignon.

Selesai berbelanja, aku kembali ke rumah kost. Aku tak menemui Karin dan Bu Siti di kamar. Ternyata Bu Siti sedang memandikan Karin. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 18.00, dan aku pun memutuskan untuk mulai memasak. Sayuran yang aku masak sudah siap, tetapi belum dengan nasi yang masih di tanak di rice cooker.

Sambil menunggu nasi matang, juga sambil menunggu Bu Siti selesai mandi, aku tiduran di samping Karin sambil memeluknya dan mengobrol. Obrolan kami ini sangat seru,...

"Eh Rin, gue 'dah lulus kuliah lo. Terus sidang dan skripsi gue dapet A."

"Slamet ye."

"Ma kasih. Ya, you know lah Rin, you've been my inspiration for years. Being sarjana psikologi kayak elo lah yang gue pengen."

Ia pun menatapku. Dan aku sekuat tenaga untuk tidak meneteskan air mata sedikit pun. "Damn, it's hard."

"Terus elu inget ngga Rin, waktu itu kita terakhir karaoke di mana?"

Dia pun mencoba keras untuk mengingatnya, hingga akhirnya...

"Gue lupa."

"Masakh elu ngga inget? Di Cibubur, di Happy Puppy. Waktu itu gue nginep di rumah loe. Abis kita makan siang bareng di Suharti. Inget ngga loe sama sapa aja waktu itu kita karaokean?"

"Siapa ya. Paling Cyrill."

"Hah, inget juga lo. Terus elo inget waktu dia nyanyi, balonku ada lima rupa-rupa warnanya, sambil megang mike, terus mike yang gue pegang dia rebut juga?"

Tebak teman-teman, Karin tertawa sangggaaaattt lebarrrrr....

"Inget khan loe? Selain Bang Cyrill, siapa lagi Cut?"

"Paling Irene?"

"Irene khan di Malaysia, Sayang. Hayo siapa lagi? Cowok kok."

Ia kembali mencoba mengingat dengan keras...

"Paling Mas Wawan ya?"

"Ah, akhirnya kau ingat. Kita karaokean bareng lagi ya abis ini."

"Ayuk."

"Eh terus elu tahu ngga Rin, bulan depan Rully nikah loe."

"Jadi dia nikah?"

"Jadi sepertinya."

"Sama sapa nikahnya?"

"Ah, sok ngga tau kau."

Dia pun menampilkan raut wajah, sedikit mengece, seperti biasa. I knew it, known her for long time.

"Sama siapa Rin, Rully nikahnya?"

Tak lama kemudian, Karin pun memberikan respon padaku.

"Yang jelas bukan elo khan?"

Dan ia sambil tertaaaaaawwwwaaaaaaa....

"Damn, elo ngece gue ya. Sialan. Byengsyek."

Kami berdua pun tertawa.

"Bukan sama elo juga khan, Rin?

"Ya bukan lah."

Lalu...

"Btw, waktu itu Shanty pernah nengok kau ngga ke sini?"

Ia kembali mencoba mengingatnya...

"Pernah sepertinya."

"Sepertinya atau yakin?"

"Pernah sepertinya."

"Shanty sapa si Rin?"

"Orang gila."

"Lah sama kayak gue dounks. Yang gila elo atau temen-temen loe?"

"Temen-temen gue sepertinya."

"Elo ngga?"

"Gak."

"Terus Shanty waktu itu datengnya sama sapa?"

"Lupa gue."

"Sama Irene ngga ya?"

"Iya sepertinya."

"Terus selain Shanty sama Irene yang dateng sapa lagi? Mutia dateng ngga?"

"Mutia sapa?"

"Temennya Karin waktu di UI, yang bapaknya dokter, yang operasi kembar siam itu lo."

"Muti. Bukan Mutia."

"Wah salah ya gue. Terus Muti pernah berapa kali nengok Karin?"

"Dua kali."

Aku sudah kehabisan bahan pembicaraan, akhirnya aku menyanyikan beberapa lagu yang sering ia nyanyikan saat kami berkaraoke.

"God, I feel like hell tonite. Hmmmmm, hmmmmm...gue ngga afal Rin syairnya. Terus tuch lagunya siapa siy?"

"Sheryl Crow."

"Terus kalo ini, you don't bring me flower, you don't sing me a love song, sapa yang nyanyi?"

"Barbara Streisand."

"Terus elu biasanya nyanyiin tuch lagu sama sapa, kalo pas karaoke."

"Sama Mas Wawan."

"Rin, dapet salam dari Putri."

"Dwi Putri? Ketemu di mana loe?"

"Tadi gue buka Facebook. Dia ngirimin gue wall. Titip cium katanya, terus kangen katanya."

Lalu setelah perbincangan kami selesai, dan Bu Siti selesai mandi, dan nasi juga sudah matang, akhirnya kami pun makan, tentu Karin disuapi oleh Bu Siti.

Kami pun jam 21.00 sudah mengantuk, akhirnya kami bertiga pun tidur. Namun beberapa kali Karin membangunkan aku. Ia membangunkanku dengan melemparkan tangannya ke arahku.

"Kenapa? Gak bisa tidur?"

"ACnya dingin banget sih."

"Oh ya udah, matiin dulu ya, nanti kalo panas aku nyalain lagi."

Lalu ia pun tertidur, dan tak berapa lama...

"Gubrag."

"Mbak, bantu aku angkat Karin."

Ternyata Karin jatuh, karena ia terus bergerak saat tidur, hingga ke pinggir tempat tidur. Untung di bawah tempat tidur yang kami pakai, ada tempat tidur lagi yang ditiduri oleh Bu Siti. Namun hasilnya Bu Siti tertimpa oleh Karin, dan aku harus bersusah payah mengangkat Karin sendiri dahulu. Karin masih susah menggerakkan tubuhnya, dan Bu Siti tak bisa bergerak karena tertimpa Karin. Akhirnya aku bilang ke Karin...

Sambil menatap matanya, aku pun mengatakan ini: "Rin, please help us. Angkat kaki kamu. We can not do this, if you don't help us."

Akhirnya ia pun berusaha mengangkat badannya, sehingga Bu Siti dapat bangun. Dan aku, juga Bu Siti dapat mengangkat Karin kembali ke tempat tidur. Setelah ia kembali ke tempat tidur, ia tidur dengan posisi sangat dekat denganku.

Lalu tak disangka ia mengatakan ini padaku: "Maap ya ngerepotin pagi-pagi."

"Ga papa, Sayang, itung-itung olah raga."

Setelah aku menengok ke arah jam dinding yang tergantung di dinding kamar kost, saat itu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari.

Dan kami pun tidur nyenyak sampai pagi menjelang.

Begitulah teman-temen ceritaku hari pertama tentang perjalananku dengan Karin. Sampai bertemu di tulisan jurnal hari kedua-ku dengan Karin.

Senangnya bisa ngobrol panjang lebar dengan Karin lagi..

Love her so very much...

0 komentar: